A. Pendahuluan
Allah
menciptakan bumi ini[1],
sebagai tempat berdiam makhluknya[2],
yaitu manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.
Semuanya diciptakan oleh Allah supaya saling melengkapi dan untuk
menyeimbangkan ekosistem yang ada dibumi ini.
Segalanya diciptakan oleh Allah dengan aturan-aturan[3]
yang bersifat permanen. (sunatullah[4]). Seluruh makhluk Allah hidup, cara hidupnya
beragam, menurut ketetapan hukum-hukum yang telah ditaqdirkan[5]
(sunnatullah).[6] Yang kesemuaannya itu diadakan oleh Allah,
adalah cara Allah (sunnatullah) untuk menjaga bumi ini supaya tetap terjaga dan
terpelihara secara menyeluruh.[7]
Manusia
sebagai makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah[8]
supaya menjadi seorang pemimpin bumi (khalifah)[9],
agar memelihara dan menjaga alam ini dari segala bentuk kerusakan yang
disebabkan oleh manusia itu sendiri.[10]
Seorang
pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya pasti membutuhkan aturan-aturan
hukum atau pedoman sebagai sumber petunjuk yang akan mengantarkan manusia ke
arah yang lebih baik dan benar. Sehingga
manusia bisa atau mampu menjaga dan memelihara bumi ini, yang khususnya
mengatur dan mengarahkan manusia itu sendiri, agar betul-betul menjadi sorang
khalifah sejati.
Dalam
rangka memelihara dan menegakkan kebenaran dan keadilah[11],
Allah menurunkan al-Qur'an untuk umat
manusia (muslim) sebagai sumber undang-undang (hukum) atau petunjuk, yang akan
mengantarkan manusia pada bentuk asalnya (khalifah).
Selanjutnya,
untuk menjalankan seluruh aturan Allah yang termuat di dalam al-Qur'an, Allah
mengirimkan rasul (utusan) yang akan bertugas menyampaikan[12]
undang-undang (hukum) atau petunjuk dan
memberikan contoh (suri tauladan)[13]
yang nyata bukan hanya sekedar teori. Dengan
diutusnya rasul sebagai percontohan dan penyampai risalah yang baik[14],
diharapkan seluruh alam ini bisa terpelihara secara baik dan benar.
B.
Pembahasan
- Syariat Allah (sunnatullah) secara Makro
- Syariat Allah (sunnatullah) secara Mikro
- Allah menuntut setiap manusia untuk berbuat sesuatu yang bersifat baik dan benar
- Allah melarang umat manusia untuk selalu menjauhi segala sesuatu yang berakibat buruk untuk alam ini.
- Allah menganjurkan pada setiap umat manusia untuk kembali pada fitrahnya (khalifah)
Sunatullah secara makro
(Universal) sebagaimana telah disinggung di atas yaitu dengan menurunkan al-Qur'an sebagai undang-undang
(hukum), atauran dan sumber petunjuk (hidayah) umat manusia. Sebagaimana Allah berfirman :
إِنّ هَـَذَا
الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشّرُ الْمُؤْمِنِينَ الّذِينَ
يَعْمَلُونَ الصّالِحَاتِ أَنّ لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً
Artinya: “Sesugguhnya al-Qur'an ini memberikan
petuntuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberikan kabar gembira kepada
orang-orang mu’min yang mengerjakan amal shalih, bagi mereka ada pahala yang
besar.” (QS. 17-9)
Ayat di atas Allah berfirman dengan memuji al-Qur'an kitab sucinya yang
telah diwahyukan kepada Nabinya Muhammad saw., bahwa al-Qur'an sebagai sumber
petuntuk yang paling lurus, paling adil, paling benar dan yang paling jelas. Akan
tetapi bagi orang yang mengingkari terhadap suatu petunjuk (al-Qur'an ), maka
dia akan menyimpang dari jalan yang menyimpang (tersesat), sehingga
mengantarkan mereka ke arah kehidupan yang tidak menyenangkan.
Bagi orang yang mengikuti aturan atau undang-undang (petunjuk) serta
mengamalkannya secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari, maka dia akan
mendapati kehidupan yang sangat menyenangkan.
Ayat ke 9 dari surat al-Isra’ ini diletakkan setelah adanya keterangan
Allah yang menceritakan keadaan Bani Israil yang tidak mengikuti petunjuk atau
aturan Taurat, sehingga mereka membuat kerusakan secara total di muka bumi ini.
Yang akhirnya menjadikan mereka ke dalam kehidupan yang penuh dengan
kesengsaraan.
Hubungan (munasabah) antara ayat ke 9 dengan ayat sebelumnya, memberikan
satu bentuk penjelasan secara secara jelas bahwa orang yang tidak mengikuti
satu aturan yang telah ditetapkan oleh Allah maka orang tersebut akan
menyimpang yang akan berefek negatif bagi kehidupan umat manusia. Jadi kesamaan
(munasabah) nasib bagi orang yang menolak petunjuk atau undang-undang Allah
(sunnatullah)
Ayat selanjutnya tentang al-Qur'an sebagai berikut :
Artinya: “Dan Kami turunkan
al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmad bagi orang-orang yang beriman
dan al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain
kerugian.”(QS. 17-82)
Ayat ini menjelaskan tentang salah satu dari keistimewaan al-Qur'an
sebagai sumber penawar dan rahmad bagi setiap orang terkena penyakit
(menyimpang dari aturan-aturan), kemudian mereka ingin kembali ke arah jalan
yang lurus.
Penyimpangan mereka menjadikan penyebab timbulnya penyakit kemunafikan,
syirik, hawa nafsu dan lain-lain. Akan
tetapi bagi siapa saja yang ingin kembali ke dalan yang lurus, al-Qur'an (kitab
undang-undang) bisa menjadikan rahmad yang akan membawa mereka ke tempat yang
benar-benar menyenangkan.
Inilah, bentuk keperdulian Allah terhadap manusia sebagai khalifah
pemimpin bumi ini, dalam rangka menegakkan kebenaran di muka bumi. Walupun
manusia selalu menyimpang dari jalur yang benar dan cenderung mengikuti hawa
nafsunya, akan tetapi Allah tetap mengarahkan dan memberikan perhatian khusus
terhadap manusia. Yaitu dengan menurunkan petunjukknya yang termuat dia dalam
al-Qur'an. Ini berari membuktikan bahwa al-Qur'an merupakan salah satu sunah
Allah dalam menegakkan kebenara di alam
raya ini.
Al-Qur'an yang merupakan sumber undang-undang, aturan-aturan dan
petunjuk, tidak mungkin bisa diamalkan oleh umat manusia tanpa adanya penyampai
risalah dan figur percontohan yang baik (suri tauladan), oleh karena itu Allah
mengutus rasul-Nya yang bertugas penyampai risalah[15]
dan suri tauladan yang baik itu, dalam rangka menegakkan kebenaran di bumi ini.
Dan setiap umat manusia (muslim) supaya mentaati apa yang disampaikan oleh
rosul itu, sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah di dalam al-Qur'an.[16]
Sunatullah secara mikro
(terperinci) adalah dengan adanya perintah Allah kepada para umat manusia untuk
melaksanakannya, baik perintah untuk melaksanakan secara mutlak ataupun
perintah untuk meninggalkannya.
Adapun perintah
melaksanakan berzakat, sebagaimana
firmannya yang berbunyi:
وَأَقِيمُواْ الصّـلاَةَ وَآتُواْ
الزّكَـاةَ وَأَطِيعُواْ الرّسُولَ لَعَلّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya : “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan
taatlah kepada rasul, suapaya kamu diberi rahmad.”(an-Nur : 56)
وَأَقِيمُواْ الصّلاَةَ وَآتُواْ
الزّكَاةَ وَارْكَعُواْ مَعَ الرّاكِعِينَ
Artinya :”Dan dirikanlah shalat,
tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' “(al-Baqarah :
43)
Dari ayat di atas, muncul pertanyaan kenapa Allah memerintahkan
berzakat?[17] Kalau dikaji dari segi perintah zakat bahwa,
terjadinya berbagai kejolak masyarakat pada umumnya selalu dipredisikan bermula
dari segi ekonomi contoh, banyak terjadi pencurian dan perampokan karena
ekonomi, banyak gelandangan dan anak-anak putus sekolah karena ekonomi dan lain
sebagainya. Oleh karena itu Allah
memerintahkan kepada umat manusia untuk berzakat (sodaqah) kepada orang yang
membutuhkan, supaya hal-hal semacam itu tidak perlu terjadi dan agar bisa
terwujud tegaknya sebuah keadilan dan kebenaran di bumi ini. Inilah cara Allah untuk menegakkan keadilan
dan kebenaran untuk umat manusia.
Adapun perintah untuk meninggalkan
(larangan), sebagaimana firmannya yang
berbunyi:
وَلاَ تَقْرَبُواْ الزّنَىَ إِنّهُ
كَانَ فَاحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلاً
Artinya: “Jaganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya
zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.”
(al-Isra’ : 32)
Berbuatan zina itu dilarang
oleh Allah, sebab supaya manusia tidak seperti binatang. Walaupun Allah memberikan nafsu biologis pada
manusia (sunatullah) akan tetapi dari segi penyalurannya ada caranya yaitu
menikah. Alangkah hinanya jika manusia
seperti binatang. Oleh karena itu, untuk
menegakkan kebenaran dan keadilan di muka bumi ini Allah memberikan cara-cara
khusus, supaya keadilan dan kebenaran tetap tegak dibumi ini.
Pada sisi lain suapaya
tercipta sebuah tegaknya kebenaran, manusia dilarang berbuat atau bertingkah
sombong, sebab bisa menghancurkan tatanan masyarakat yang sejati. Sebagaimana firmannya :
وَلاَ تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحاً
إِنّكَ لَن تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُول
Artinya: “Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini
dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi
dan kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”(al-Isra’ : 37)
Keterpurukan tatanan masyarakat
secara umum disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya maraknya
minum-minuman keras dan perjudian. Oleh
sebab itu Allah melarang berbuatan itu, supaya keadilan dan ketenangan hidup
bisa diraih. Dalam hal ini Allah
berfirman :
يَـَأَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ إِنّمَا
الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنصَابُ وَالأزْلاَمُ رِجْسٌ مّنْ عَمَلِ الشّيْطَانِ
فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya
khamer, berjudi berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah,
adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan. Maka jahuilah perbuatan-perbuatan itu agar
kamu mendapat keberuntungan.”(al-Maidah : 90)
Pada hakekadnya setiap
individu itu seorang pemimpin, baik memimpin masyarakat, negara, dunia dan sekup
terkecil yaitu memimpin diri sendiri.
Oleh karena itu karakter terbaik harus kita miliki, sebab seorang
pemimpin itu panutan yang harus berakhlak baik dan benar dari berbagai sudut
pandang. Jadi dikala kita dituntut untuk
memilih seorang pemimpin, maka kita dilarang memilih seorang figure yang
berkarakter buruk. Sebagaimana Firman
Allah sebagai berikut :
يَا أَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ لاَ
تَتّخِذُواْ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَن
تَجْعَلُواْ للّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَاناً مّبِيناً
Artinya :”Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan
orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah
(untuk menyiksamu).” (an-Nisa’ : 144)
يَأَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ لاَ
تَتّخِذُواْ بِطَانَةً مّن دُونِكُمْ لاَ يَأْلُونَكُمْ خَبَالاً وَدّواْ مَا
عَنِتّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ
أَكْبَرُ قَدْ بَيّنّا لَكُمُ الاَيَاتِ إِنْ كُنْتمْ تَعْقِلُونَُْ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar
kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan
bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari
mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar
lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu
memahaminya.” (Ali Imran : 118 )
Dalam ayat di atas
terkandung pengertian, bahwa setiap orang dituntut untuk tidak memilih seorang
pemimpin, wali, dan teman yang yang
berkarakter buruk, karena bisa merusak pribadi seseorang dan masyarakat secara
luas. Dan bisa menyebabkan krisis
multimensi.
Dari setiap sisi kehidupan
manusia selalu tedengar nada protes untuk menuntut sebuah keadilan di berbagai
segi kehidupan. Sinyal-sinyal yang
demikian itu menjadi bukti bahwa setiap manusia harus selalu dituntut untuk
berbuat adil. Sebab keadilan itu menjadi
sumber terciptanya tatanan kehidupan yang baik dan benar. Oleh karena itu umat islam diperintahkan
untuk berbuat adil, sebagaimana firman Allah:
إِنّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالإحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَىَ وَيَنْهَىَ عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلّكُمْ تَذَكّرُونَ
Sesungguhnya Allah menyuruh kamu
menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila
menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil.
Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya
Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (an-Nisa’ : 58 )
يَا أَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ
قَوّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَآءِ للّهِ وَلَوْ عَلَىَ أَنْفُسِكُمْ أَوِ
الْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ إِن يَكُنْ غَنِيّاً أَوْ فَقَيراً فَاللّهُ
أَوْلَىَ بِهِمَا فَلاَ تَتّبِعُواْ الْهَوَىَ أَن تَعْدلُواْ وَإِن تَلْوُواْ
أَوْ تُعْرِضُواْ فَإِنّ اللّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيراً
ِ
Artinya :”Wahai orang-orang yang
beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi
karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu.
Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka
janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan
jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka
sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” (
an-Nisa’ : 135 )
Pengertian yang terkandung
dari ayat di atas, bahwa setiap individu manusia dituntut untuk bersifat adil
dimanapun, kapanpun dan untuk siapapun, karena keadilan itu suatu berbuatan
yang akan menjadikan seluruh tatanan
masyarakat tidak tumpang tindih dan seimbang dengan fitrahnya.
KESIMPULAN
Dalam rangka menegakkan sebuah
keadilan dan kebenaran di muka bumi ini, Allah menetapkan beberapa ketetapan
untuk umat manusia, supaya terwujudnya sebuah kebenaran yang murni. Di antara ketetapam Allah sebagai berikut :
[1]
QS. 2-22. Artinya:”Dialah yang
menjadikan Bumi sebagai hamparan bagimu…..”
[2]
QS. 2-36. Artinya:” ……dan bagi kamu ada
tempat kediaaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang
ditetentukan; QS. 7-24. Artinya:”Dan kamu mempunyai tempat kediaman
dan kesenangan di muka bumi sampai waktu yang ditentukan.
[3] Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi
dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala
urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada
izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka
apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (Yunus : 3); Katakanlah: "Siapakah
yang memberi rezki kepadamu dari langit
dan bumi, atau siapakah yang kuasa
(menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari
yang hidup dan siapakah yang mengatur segala
urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah
"Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya) (Yunus : 10 ); Dia mengatur urusan dari
langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang kadarnya adalah seribu tahun menurut
perhitunganmu (as-Sajadah : 5)
[4] Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan
gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua
buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi
kaum yang memikirkan. (ar-Ra’d : 3);
Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan
memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati. (al-Hadid : 6); Tidakkah kamu memperhatikan,
bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang
ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan
sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa
yang kamu kerjakan. (Luqman : 29)
[5]
Maha Suci Allah Yang di
tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, (al-Mulk : 1)
[6] Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu
lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan
bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur
urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu
meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. (ar-Ra’d :2 )
[7] Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang
hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”(ali
Imran : 2)
[8] Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang
sebaik-baiknya . (at-Tin : 4); Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut
mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan
Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk
yang telah Kami ciptakan. (al-Isra’ : 70)
[9]
QS. 2-30. Artinya:”……..Sesungguhnya Aku
hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi…….”
[10] Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas
bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah
menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada
manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika
mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya
mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat).
(as-Sura : 48 )
[11]Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang
mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun.
Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat. (al-Mu’min : 20)
[12] Ia berkata: "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada
sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan
membawanya tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh". (al-Ahqraf
: 23); Jika mereka
berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu
tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan
kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu.
Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri
(niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada
nikmat) (as-Sura :48); Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah)
dengan jelas". (Yasin : 17)
[13] Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang
baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan)
hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (al-Ahzab : 21)
[14] Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu
juga telah mendustakan. Dan kewajiban rasul itu, tidak lain hanyalah menyampaikan
(agama Allah) dengan seterang-terangnya." (al-Ankabut-18)
[15] Ia berkata: "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada
sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan
membawanya tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh". (al-Ahqaf : 23)
[16] Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan
jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang
dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang
dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat
petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat
Allah) dengan terang". (an-Nur : 54
) ; Katakanlah: "Taat kepada Allah
dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban
rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian
adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya,
niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan
menyampaikan (amanat Allah) dengan terang". (an-Nisa’ : 59 ) ; Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan
Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi
nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati
syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya.
(an-Nisa’ : 69 )
[17]
Perintah berzakat terdapat dalam al-Qur'an dengan kurang lebih berjumlah 33
ayat
No comments:
Post a Comment
Setiap Mencopy artikel mohon meninggalkan pesan yang membagun