8 Feb 2016

SYARIAT ALLAH DALAM RANGKA MENEGAKKAN KEBENARAN DAN KEADILAN DI MUKA BUMI

A.  Pendahuluan
            Allah menciptakan bumi ini[1], sebagai tempat berdiam makhluknya[2], yaitu manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan.  Semuanya diciptakan oleh Allah supaya saling melengkapi dan untuk menyeimbangkan ekosistem yang ada dibumi ini.  Segalanya diciptakan oleh Allah dengan aturan-aturan[3] yang bersifat permanen. (sunatullah[4]).  Seluruh makhluk Allah hidup, cara hidupnya beragam, menurut ketetapan hukum-hukum yang telah ditaqdirkan[5] (sunnatullah).[6]  Yang kesemuaannya itu diadakan oleh Allah, adalah cara Allah (sunnatullah) untuk menjaga bumi ini supaya tetap terjaga dan terpelihara secara menyeluruh.[7]
            Manusia sebagai makhluk yang paling sempurna diciptakan oleh Allah[8] supaya menjadi seorang pemimpin bumi (khalifah)[9], agar memelihara dan menjaga alam ini dari segala bentuk kerusakan yang disebabkan oleh manusia itu sendiri.[10]
            Seorang pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya pasti membutuhkan aturan-aturan hukum atau pedoman sebagai sumber petunjuk yang akan mengantarkan manusia ke arah yang lebih baik dan benar.  Sehingga manusia bisa atau mampu menjaga dan memelihara bumi ini, yang khususnya mengatur dan mengarahkan manusia itu sendiri, agar betul-betul menjadi sorang khalifah sejati.
            Dalam rangka memelihara dan menegakkan kebenaran dan keadilah[11], Allah menurunkan   al-Qur'an untuk umat manusia (muslim) sebagai sumber undang-undang (hukum) atau petunjuk, yang akan mengantarkan manusia pada bentuk asalnya (khalifah). 
Selanjutnya, untuk menjalankan seluruh aturan Allah yang termuat di dalam al-Qur'an, Allah mengirimkan rasul (utusan) yang akan bertugas menyampaikan[12] undang-undang (hukum) atau petunjuk dan  memberikan contoh (suri tauladan)[13] yang nyata bukan hanya sekedar teori.  Dengan diutusnya rasul sebagai percontohan dan penyampai risalah yang baik[14], diharapkan seluruh alam ini bisa terpelihara secara baik dan benar.



B.  Pembahasan
  1. Syariat Allah (sunnatullah) secara Makro
وَنُنَزّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَآءٌ وَرَحْمَةٌ لّلْمُؤْمِنِينَ وَلاَ يَزِيدُ الظّالِمِينَ إَلاّ خَسَاراً
  1. Syariat Allah (sunnatullah) secara Mikro
  1. Allah menuntut setiap manusia untuk berbuat sesuatu yang bersifat baik dan benar
  1.  Allah melarang umat manusia untuk selalu menjauhi segala sesuatu yang berakibat buruk untuk alam ini.
  1. Allah menganjurkan pada setiap umat manusia untuk kembali pada fitrahnya (khalifah)



Sunatullah secara makro (Universal) sebagaimana telah disinggung di atas yaitu dengan  menurunkan al-Qur'an sebagai undang-undang (hukum), atauran dan sumber petunjuk (hidayah) umat manusia.  Sebagaimana Allah berfirman :
إِنّ هَـَذَا الْقُرْآنَ يِهْدِي لِلّتِي هِيَ أَقْوَمُ وَيُبَشّرُ الْمُؤْمِنِينَ الّذِينَ يَعْمَلُونَ الصّالِحَاتِ أَنّ لَهُمْ أَجْراً كَبِيراً‏

Artinya:  “Sesugguhnya al-Qur'an ini memberikan petuntuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberikan kabar gembira kepada orang-orang mu’min yang mengerjakan amal shalih, bagi mereka ada pahala yang besar.” (QS. 17-9)

Ayat di atas Allah berfirman dengan memuji al-Qur'an kitab sucinya yang telah diwahyukan kepada Nabinya Muhammad saw., bahwa al-Qur'an sebagai sumber petuntuk yang paling lurus, paling adil, paling benar dan yang paling jelas. Akan tetapi bagi orang yang mengingkari terhadap suatu petunjuk (al-Qur'an ), maka dia akan menyimpang dari jalan yang menyimpang (tersesat), sehingga mengantarkan mereka ke arah kehidupan yang tidak menyenangkan.
Bagi orang yang mengikuti aturan atau undang-undang (petunjuk) serta mengamalkannya secara maksimal dalam kehidupan sehari-hari, maka dia akan mendapati kehidupan yang sangat menyenangkan.
Ayat ke 9 dari surat al-Isra’ ini diletakkan setelah adanya keterangan Allah yang menceritakan keadaan Bani Israil yang tidak mengikuti petunjuk atau aturan Taurat, sehingga mereka membuat kerusakan secara total di muka bumi ini. Yang akhirnya menjadikan mereka ke dalam kehidupan yang penuh dengan kesengsaraan.
Hubungan (munasabah) antara ayat ke 9 dengan ayat sebelumnya, memberikan satu bentuk penjelasan secara secara jelas bahwa orang yang tidak mengikuti satu aturan yang telah ditetapkan oleh Allah maka orang tersebut akan menyimpang yang akan berefek negatif bagi kehidupan umat manusia. Jadi kesamaan (munasabah) nasib bagi orang yang menolak petunjuk atau undang-undang Allah (sunnatullah)
Ayat selanjutnya tentang al-Qur'an sebagai berikut :
Artinya: “Dan Kami turunkan al-Qur'an suatu yang menjadi penawar dan rahmad bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.”(QS. 17-82)

Ayat ini menjelaskan tentang salah satu dari keistimewaan al-Qur'an sebagai sumber penawar dan rahmad bagi setiap orang terkena penyakit (menyimpang dari aturan-aturan), kemudian mereka ingin kembali ke arah jalan yang lurus.
Penyimpangan mereka menjadikan penyebab timbulnya penyakit kemunafikan, syirik, hawa nafsu dan lain-lain.  Akan tetapi bagi siapa saja yang ingin kembali ke dalan yang lurus, al-Qur'an (kitab undang-undang) bisa menjadikan rahmad yang akan membawa mereka ke tempat yang benar-benar menyenangkan.
Inilah, bentuk keperdulian Allah terhadap manusia sebagai khalifah pemimpin bumi ini, dalam rangka menegakkan kebenaran di muka bumi. Walupun manusia selalu menyimpang dari jalur yang benar dan cenderung mengikuti hawa nafsunya, akan tetapi Allah tetap mengarahkan dan memberikan perhatian khusus terhadap manusia. Yaitu dengan menurunkan petunjukknya yang termuat dia dalam al-Qur'an. Ini berari membuktikan bahwa al-Qur'an merupakan salah satu sunah Allah dalam menegakkan  kebenara di alam raya ini.
Al-Qur'an yang merupakan sumber undang-undang, aturan-aturan dan petunjuk, tidak mungkin bisa diamalkan oleh umat manusia tanpa adanya penyampai risalah dan figur percontohan yang baik (suri tauladan), oleh karena itu Allah mengutus rasul-Nya yang bertugas penyampai risalah[15] dan suri tauladan yang baik itu, dalam rangka menegakkan kebenaran di bumi ini. Dan setiap umat manusia (muslim) supaya mentaati apa yang disampaikan oleh rosul itu, sebagaimana yang telah diisyaratkan oleh Allah di dalam al-Qur'an.[16]  

Sunatullah secara mikro (terperinci) adalah dengan adanya perintah Allah kepada para umat manusia untuk melaksanakannya, baik perintah untuk melaksanakan secara mutlak ataupun perintah untuk meninggalkannya. 
Adapun perintah melaksanakan berzakat,  sebagaimana firmannya yang berbunyi:
وَأَقِيمُواْ الصّـلاَةَ وَآتُواْ الزّكَـاةَ وَأَطِيعُواْ الرّسُولَ لَعَلّكُمْ تُرْحَمُونَ
Artinya : “Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan taatlah kepada rasul, suapaya kamu diberi rahmad.”(an-Nur : 56)

وَأَقِيمُواْ الصّلاَةَ وَآتُواْ الزّكَاةَ وَارْكَعُواْ مَعَ الرّاكِعِينَ
Artinya :”Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta orang-orang yang ruku' “(al-Baqarah : 43)

Dari ayat di atas,  muncul pertanyaan kenapa Allah memerintahkan berzakat?[17]  Kalau dikaji dari segi perintah zakat bahwa, terjadinya berbagai kejolak masyarakat pada umumnya selalu dipredisikan bermula dari segi ekonomi contoh, banyak terjadi pencurian dan perampokan karena ekonomi, banyak gelandangan dan anak-anak putus sekolah karena ekonomi dan lain sebagainya.  Oleh karena itu Allah memerintahkan kepada umat manusia untuk berzakat (sodaqah) kepada orang yang membutuhkan, supaya hal-hal semacam itu tidak perlu terjadi dan agar bisa terwujud tegaknya sebuah keadilan dan kebenaran di bumi ini.  Inilah cara Allah untuk menegakkan keadilan dan kebenaran untuk umat manusia.
 Adapun perintah untuk meninggalkan (larangan),  sebagaimana firmannya yang berbunyi: 
وَلاَ تَقْرَبُواْ الزّنَىَ إِنّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَآءَ سَبِيلاً
Artinya: “Jaganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk.” (al-Isra’ : 32)

Berbuatan zina itu dilarang oleh Allah, sebab supaya manusia tidak seperti binatang.  Walaupun Allah memberikan nafsu biologis pada manusia (sunatullah) akan tetapi dari segi penyalurannya ada caranya yaitu menikah.  Alangkah hinanya jika manusia seperti binatang.  Oleh karena itu, untuk menegakkan kebenaran dan keadilan di muka bumi ini Allah memberikan cara-cara khusus, supaya keadilan dan kebenaran tetap tegak dibumi ini.
Pada sisi lain suapaya tercipta sebuah tegaknya kebenaran, manusia dilarang berbuat atau bertingkah sombong, sebab bisa menghancurkan tatanan masyarakat yang sejati.  Sebagaimana firmannya :
وَلاَ تَمْشِ فِي الأرْضِ مَرَحاً إِنّكَ لَن تَخْرِقَ الأرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُول
Artinya: “Janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan kamu tidak akan sampai setinggi gunung.”(al-Isra’ : 37)

Keterpurukan tatanan masyarakat secara umum disebabkan oleh berbagai faktor, di antaranya maraknya minum-minuman keras dan perjudian.  Oleh sebab itu Allah melarang berbuatan itu, supaya keadilan dan ketenangan hidup bisa diraih.  Dalam hal ini Allah berfirman :

يَـَأَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ إِنّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأنصَابُ وَالأزْلاَمُ رِجْسٌ مّنْ عَمَلِ الشّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلّكُمْ تُفْلِحُونَ‏


Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamer, berjudi berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan anak panah, adalah perbuatan keji termasuk perbuatan syaithan.  Maka jahuilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”(al-Maidah : 90)

Pada hakekadnya setiap individu itu seorang pemimpin, baik memimpin masyarakat, negara, dunia dan sekup terkecil yaitu memimpin diri sendiri.  Oleh karena itu karakter terbaik harus kita miliki, sebab seorang pemimpin itu panutan yang harus berakhlak baik dan benar dari berbagai sudut pandang.  Jadi dikala kita dituntut untuk memilih seorang pemimpin, maka kita dilarang memilih seorang figure yang berkarakter buruk.  Sebagaimana Firman Allah sebagai berikut :

يَا أَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتّخِذُواْ الْكَافِرِينَ أَوْلِيَآءَ مِن دُونِ الْمُؤْمِنِينَ أَتُرِيدُونَ أَن تَجْعَلُواْ للّهِ عَلَيْكُمْ سُلْطَاناً مّبِيناً

Artinya :”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu).” (an-Nisa’ : 144)


يَأَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَتّخِذُواْ بِطَانَةً مّن دُونِكُمْ لاَ يَأْلُونَكُمْ خَبَالاً وَدّواْ مَا عَنِتّمْ قَدْ بَدَتِ الْبَغْضَآءُ مِنْ أَفْوَاهِهِمْ وَمَا تُخْفِي صُدُورُهُمْ أَكْبَرُ قَدْ بَيّنّا لَكُمُ الاَيَاتِ إِنْ كُنْتمْ تَعْقِلُونَُْ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang, di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudharatan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka adalah lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (Ali Imran : 118 )

Dalam ayat di atas terkandung pengertian, bahwa setiap orang dituntut untuk tidak memilih seorang pemimpin, wali, dan teman  yang yang berkarakter buruk, karena bisa merusak pribadi seseorang dan masyarakat secara luas.  Dan bisa menyebabkan krisis multimensi.
Dari setiap sisi kehidupan manusia selalu tedengar nada protes untuk menuntut sebuah keadilan di berbagai segi kehidupan.  Sinyal-sinyal yang demikian itu menjadi bukti bahwa setiap manusia harus selalu dituntut untuk berbuat adil.  Sebab keadilan itu menjadi sumber terciptanya tatanan kehidupan yang baik dan benar.  Oleh karena itu umat islam diperintahkan untuk berbuat adil, sebagaimana firman Allah:    
إِنّ اللّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَآءِ ذِي الْقُرْبَىَ وَيَنْهَىَ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلّكُمْ تَذَكّرُونَ

Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” (an-Nisa’ : 58 )


يَا أَيّهَا الّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوّامِينَ بِالْقِسْطِ شُهَدَآءِ للّهِ وَلَوْ عَلَىَ أَنْفُسِكُمْ أَوِ الْوَالِدَيْنِ وَالأقْرَبِينَ إِن يَكُنْ غَنِيّاً أَوْ فَقَيراً فَاللّهُ أَوْلَىَ بِهِمَا فَلاَ تَتّبِعُواْ الْهَوَىَ أَن تَعْدلُواْ وَإِن تَلْوُواْ أَوْ تُعْرِضُواْ فَإِنّ اللّهَ كَانَ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيراً

ِ
Artinya :”Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.” ( an-Nisa’ : 135 )

Pengertian yang terkandung dari ayat di atas, bahwa setiap individu manusia dituntut untuk bersifat adil dimanapun, kapanpun dan untuk siapapun, karena keadilan itu suatu berbuatan yang akan menjadikan  seluruh tatanan masyarakat tidak tumpang tindih dan seimbang dengan fitrahnya.

KESIMPULAN
            Dalam rangka menegakkan sebuah keadilan dan kebenaran di muka bumi ini, Allah menetapkan beberapa ketetapan untuk umat manusia, supaya terwujudnya sebuah kebenaran yang murni.  Di antara ketetapam Allah sebagai berikut :



[1] QS. 2-22.  Artinya:”Dialah yang menjadikan Bumi sebagai hamparan bagimu…..”

[2] QS. 2-36.  Artinya:” ……dan bagi kamu ada tempat kediaaman di bumi dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditetentukan;  QS. 7-24.  Artinya:”Dan kamu mempunyai tempat kediaman dan kesenangan di muka bumi sampai waktu yang ditentukan.

[3] Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arsy untuk mengatur segala urusan. Tiada seorangpun yang akan memberi syafa'at kecuali sesudah ada izin-Nya. (Dzat) yang demikian itulah, Tuhan kamu, maka sembahlah Dia. Maka apakah kamu tidak mengambil pelajaran? (Yunus : 3);  Katakanlah: "Siapakah yang  memberi rezki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang  kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang  mengeluarkan yang  hidup dari yang  mati dan mengeluarkan yang mati dari yang  hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya) (Yunus : 10 );  Dia mengatur urusan dari langit ke bumi, kemudian (urusan) itu naik kepadaNya dalam satu hari yang  kadarnya adalah seribu tahun menurut perhitunganmu (as-Sajadah : 5)

[4] Dan Dia-lah Tuhan yang membentangkan bumi dan menjadikan gunung-gunung dan sungai-sungai padanya. Dan menjadikan padanya semua buah-buahan berpasang-pasangan, Allah menutupkan malam kepada siang. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (ar-Ra’d : 3);  Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan Dia Maha Mengetahui segala isi hati.  (al-Hadid : 6);  Tidakkah kamu memperhatikan, bahwa sesungguhnya Allah memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam dan Dia tundukkan matahari dan bulan masing-masing berjalan sampai kepada waktu yang ditentukan, dan sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.  (Luqman : 29)

[5] Maha  Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu,  (al-Mulk : 1)

[6] Allah-lah Yang meninggikan langit tanpa tiang (sebagaimana) yang kamu lihat, kemudian Dia bersemayam di atas 'Arasy, dan menundukkan matahari dan bulan. Masing-masing beredar hingga waktu yang ditentukan. Allah mengatur urusan (makhluk-Nya), menjelaskan tanda-tanda (kebesaran-Nya), supaya kamu meyakini pertemuan (mu) dengan Tuhanmu. (ar-Ra’d :2 )

[7] Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.”(ali Imran : 2)

[8] Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya .  (at-Tin : 4); Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang  telah Kami ciptakan.  (al-Isra’ : 70)

[9] QS. 2-30.  Artinya:”……..Sesungguhnya Aku hendak menciptakan seorang khalifah di muka bumi…….”

[10] Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah  menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat). (as-Sura : 48 )

[11]Dan Allah menghukum dengan keadilan. Dan sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah tiada dapat menghukum dengan sesuatu apapun. Sesungguhnya Allah Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.  (al-Mu’min : 20)

[12] Ia berkata: "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh". (al-Ahqraf : 23);  Jika mereka berpaling maka Kami tidak mengutus kamu sebagai pengawas bagi mereka. Kewajibanmu tidak lain hanyalah menyampaikan (risalah). Sesungguhnya apabila Kami merasakan kepada manusia sesuatu rahmat dari Kami dia bergembira ria karena rahmat itu. Dan jika mereka ditimpa kesusahan disebabkan perbuatan tangan mereka sendiri (niscaya mereka ingkar) karena sesungguhnya manusia itu amat ingkar (kepada nikmat) (as-Sura :48);  Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas".  (Yasin : 17)

[13] Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (al-Ahzab : 21)

[14] Dan jika kamu (orang kafir) mendustakan, maka umat yang sebelum kamu juga telah mendustakan. Dan kewajiban rasul itu, tidak lain hanyalah  menyampaikan  (agama Allah) dengan seterang-terangnya." (al-Ankabut-18)

[15] Ia berkata: "Sesungguhnya pengetahuan (tentang itu) hanya pada sisi Allah dan aku (hanya) menyampaikan kepadamu apa yang aku diutus dengan membawanya tetapi aku lihat kamu adalah kaum yang bodoh". (al-Ahqaf : 23)

[16] Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang".  (an-Nur : 54 ) ;  Katakanlah: "Taat kepada Allah dan taatlah kepada rasul; dan jika kamu berpaling maka sesungguhnya kewajiban rasul itu adalah apa yang dibebankan kepadanya, dan kewajiban kamu sekalian adalah semata-mata apa yang dibebankan kepadamu. Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. Dan tidak lain kewajiban rasul itu melainkan menyampaikan (amanat Allah) dengan terang". (an-Nisa’ : 59 ) ;  Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan Rasul(Nya), mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-nabi, para shiddiiqiin, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. (an-Nisa’ : 69 )
[17] Perintah berzakat terdapat dalam al-Qur'an dengan kurang lebih berjumlah 33 ayat

No comments:

Post a Comment

Setiap Mencopy artikel mohon meninggalkan pesan yang membagun