A. Pendahuluan
Menurut istilah ahli
hadis, al-Mushannaf adalah kitab yang disususun berdasarkan bab-bab fiqh,
meliputi hadis-hadis marfu’, mauquf dan maqtu’.
Artinya pada kitab ini terdapat hadis-hadis Nabi, qaul sahabat, fatwa tabi’in
dan terkadang fatwa attabi’ tabi’iin.[1]
Dalam arti lain
al-Mushannaf berarti sesuatu yang disusun, namun secara terminologis kata
mushannaf ini sama artinya dengan kata muwatha’, yaitu metode pembukuan hadis
berdasarkan klasifikasi hokum islam (abwab fiqqiyyah) dan mencantumkan hadis
hadis marfu’, mauquf, dan maqtu’, seperti halnya muwatha’. Jadi secara garis besar al-Mushannaf sama
artinya dengan Sunan dan Muwatha’.[2]
Perbedaan al-Musannaf
dan sunan diantaranya, jika al-Mushannaf mencakup hadis-hadis marfu’, mauquf,
dan maqtu’, sementara, kalau sunan hanya berisi hadis-hadis marfu’. Apabila ada hadis di luar marfu’ amat
sedidkit, karena hadis-hadis mauquf dan ma’tu’ tidak disebut dalam istilah
mereka dengan sunan. Di luar perbedaan
tersebut, secara umum al-Mushannaf dan al-Sunan sama saja.[3]
Kitab-kitab
al-Mushannaf yang telah dikarang oleh ulama’ di anataranya :[4]
1.
Al-Mushannaf
karya Abu Bakar ‘Abd Allah bin Muhammad bin Abi Syaibah al-Kufy (-235 H)
2.
Al-Mushannaf
karya Abu Bakar Abd ar-Razaq bin Hammam bin Abi Shan’ani (-211 H.)
3.
Al-Mushannaf
karya Baqi bin Makhlad al-Qurtubi (-276 H.)
4.
Al-Mushannaf
karya Abu Syufyan Waki’ bin Jarrah al-Kuffi (196 H.)
5.
Al-Mushannaf
karya Abi Salamah Hammad bin Salamah al-Basri (-167 H.)
B. Sejarah Hidup ‘Abd ar-Razaq
‘Abd ar-Razaq nama
lengkapnya ‘Abd ar-Razaq bin Hammam bin Nafi’ al-Humairi Abu Bakar
al-Shan’ani. Beliau lahir pada tahun 126
H.[5]
Beliau wafat pada pertengahan Syawwal pda tahun 211 H.[6]
Abd ar-Razaq semasa
kecil berdomisili di Yaman, dan beliau banyak belajar ilmu agama dari para
ulama dan imam di masanya. Beliau mengarang kitab al-Mushannaf tatkala
berkunjung ke Syam sambil berdagang sambil mengumpulkan hadis-hadis dari para
imam besar seperti Imam al-‘Auza’i, dan lainnya.[7]
Menurut ulama
karya-karya ‘Abd ar-Razaq sebenarnya tidak terungkap dengan jelas, akan tetapi
karya-karya beliau yang beredar ditulis oleh muridnya yang dinisbatkan kepada
beliau, sebab hal itu terbukti dengan adanya bentuk-bentuk periwayatan yang ada
tidak langsung dari beliau, akan tetapi hanya disandarkan saja, misalnya dalam
bentuk tafsir, contoh :
حدثنا
الحسن بن يحيى قال : أخبرنا عبد الرزاق قال : أخبرنا معمر عن قتادة: (لاريب فيه
هدى) يقول: لا شك فيه.[8]
Adapun model bentuk hadis misalnya, contoh:
أخبرنا
أبو سعيد أحمد بن محمد بن زياد الأعرابي قال أخبرنا إسحق بن إبراهيم بن عباد
الدبري قال قرأنا على عبد الرزاق بن همام عن معمر عن أيوب عن ابن سيرين قال يؤمر
الصبي بالصلاة إذا عرف يمينه من شماله وبالصوم إذا أطاقه[9]
,Abd
ar-Razaq memiliki banyak giru dan murit, di antara guru-guru beliau adalah
Ma’mar, ‘Ubaid Allah, Aiman bin Nabil, ‘Ikrimah bin ‘Ammar, Ibn Juraij, Malik,
Zakariya bin Ishaq, Ja’far bin Sulaiman, Yunus bin Sulaim, Ibn Abi Rawad,
Isra’il, Isma’il bin ‘Ias, dan lainnya.[10]
Kemudian, murid beliau
di antaranya, Ibnu ‘Uyainah, Mu’tamar bin Sulaiman (keduanya termasuk dari
gurunya), Waqi’, Abu Asamah, Ahmad, Ishaq, ‘Ali, Yahya, Abu Haitsamah, Ahmad
bin Shalih, Ibrahim bin Musa, ‘Abdullah bin Muhammad al-Musnadi, Salamah bin
Syaibah, Yahya bin Musa, Ishaq bin Ibrahim as-Sa’di, Ishaq bin Manshur
al-Kausaj, Ahmad bin Yusuf as-Salmi, Hasan bin ‘Ali al-Khalal, ‘Abdurrahman bin
Basyar bin Hakim, Abd bin Humaid, Muhammad bin Rafi’, Muhammad bin Mihran,
Mahmud bin Ghilan, Muhammad bin Yahya adz-Dzahli, Abu Mas’ud ar-Razaq, Ishaq
bin Ibrahim ad-Dabari dan lain sebagainya.[11]
Karya Beliau
Menurut para ulama
bahwa, Imam ‘Abd ar-Razaq telah mengarang banyak kitab, akan tetapi secara
khusus yang bisa disebut karyanya di antaranya yaitu :
1.
As-Sunan
fi al-Fiqh
2.
Al-Maghazi
3.
Tafsir
Qur’an
4.
al-Jami’
al-Kabir fi al-Hadis ( Yang dimaksud disini Al-Mushannaf)
5.
Tazkiyah
al-Arwah ‘an Mawaqi’ al-Iflah
6.
Al-amali
fi Atsar ash-Shahabah.[12]
C. Pendapat Ulama Tentang Beliau
Menurut kesaksian
sebagaian besar ulama baik secara dekat maupun secara jauh bahwa, ‘Abd ar-Razaq
ash-Sham’ani adalah seorang yang ‘adil, dhabit dan tergolong orang sahih
dan pemilik sunan.[13]
Selanjutnya, perincian
pendapat ulama tentang ‘Abd ar-Razaq bin Hamam sebagai berikut: Menurut Abu
Zur’ah beliau seorang yang tsabat hadisnya, Hanbal bin Ishaq dari Ahmad
berkomentar bahwa siapa saja mendengar hadis dari kitabnya maka itu shahih,
menurut Ibnu Syadzakuni dan Ahmad bin Hanbal ‘Abd ar-Razaq adalah atsbat an-Nas. Dalam hal ini
ad-Daruqudni berpendapat bahwa ‘Abd ar-Razaq adalah seorang yang tsiqah,
akan tetapi ada kesalahan apabila mengambil hadis dari jalur Ma’mar. Abu Zur’ah berkomentar bahwa, beliau adalah hafid
al-hadis. Ibnu al-Jauzi di dalam Manaqib Imam Ahmad bin Hanbal berkata,
bahwa ‘Abd ar-Razaq adalah Imam hadis dan Fiqh.[14]
Dan masih banyak lagi pendapat ulama yang menyanjung beliau di dalam hal
kedalaman ilmunya.
D. Sekilas Pandang Tentang Kitab Mushannaf Abd ar-Razaq
Al-Mushannaf karangan
Abd ar-Razaq ini adalah salah satu kitab hadis mu’tabarah yang ada di dalam
referensi hadis. Jumlah hadis di
dalamnya kurang lebih 15405 hadis. Yang
berkualitas sahih hasan, dha’if.[15]
‘Abd ar_razaq adalah
seorang muhadis yang menulis hadis dan memiliki sanad berfariasi, ada yang
hanya bersandar pada Nabi saw. (marfu’) Contoh:
عبد
الرزاق عن الثوري عن الجلد بن أيوب عن أبي إياس معاوية بن قرة عن أنس بن مالك قال
أجل الحيض عشر ثم هي مستحاضة[16]
ada yang disandarkan pada sahabat (mauquf) contoh :
عبد
الرزاق عن معمر عن قتادة قال كان أنس وأبو هريرة والحسن وأخوه سعيد وجابر بن زيد
يصلون قبل خروج الامام وبعده[17]
Dan ada juga yang disandarkan pada tabi’in (maqtu’) contoh
:
أخبرنا
عبد الرزاق قال أخبرنا ابن جريج عن عطاء قال يؤمر الغلام بالصلاة قبل الصيام لأن
الصلاة هي أهون[18]
Kemudian beliau dalam
menulis hadis selalu menyebutkan tema-tema tertentu, yang selanjutnya didukung
oleh beberapa hadis yang jumlahnya berfariasi. Contoh :
عبد
الرزاق عن معمر و الثوري عن هشام بن عروة عن أبيه عن عمر بن أبي سلمة أنه قال رأيت
رسول الله صلى الله عليه وسلم يصلي في ثوب واحد متوشحا به قد خالف بين طرفيه قال
الثوري في حديثه في بيت أم سلمة[19]
Perihal menghukumi
hadis beliau tidak berkomentar sama sekali.
Menurut penulis pada masa ‘Abd ar-Razaq para ulama tidak banyak
berkomentar seputar hukum hadis.
[1] Mahmud at-Tahhan, 40
[2] Ali Mustofa Yaqub, Kritik Hadis, h. 77
[3] Mahmud at-Tahhan, 40
[4] Mahmud at-Tahhan, 40
[5] Tahdhib, Jilid 3, h. 444
[6] Muqaddimah,
h. 26
[7] Tafsir Qur’an, Muqaddimah, h. 8.
[8] Tafsir Qur’an, Muqaddimah, h.39
[9] ‘Abd
ar-Razaq, Mushannaf, Juz 4,
h. 153
[10] Tahdhib,
h. 444
[11] Tahdhib,
h. 444
[12] Muqaddimah Tafsir al-Qur’an, h. 27
[13] Muqaddimah, h. 12
[14] Tahdhib,
Jilid 3, h. 444-445; Adz-Dzahabi,
Mizan al-I’tidal, Jilid 2, h.
608; Ar-Razi, Kitab al-Jarh wa Ta’dil,
Jilid 6, h. 39-40; Adz-Dhahabi, Siyar a’lam an-Nubala, Jilid 10, h.566 Lihat, Muqaddimah Tafsir, h. 12-16
[15] Muqaddimah Mushannaf, Juz 1, h. 11
[16] ‘Abd ar-Razaq, Mushannaf,
Juz 1, h. 299.
[17] Mushannaf,
Juz 1, h. 371
[18] Mushannaf, Juz 1 ,h. 153
[19] Mushannaf, Juz 1, h. 369.
Kitab Shalat; Bab ma Yakfi
ar-Rajul min ats-Stayyab
No comments:
Post a Comment
Setiap Mencopy artikel mohon meninggalkan pesan yang membagun