Kitab muhtar
al-ahadis an-Nabawiyyah merupakan sebuah kitab hadis yang metode penyusun
hadisnya ada dua macam yaitu,
1. Berdasarkan urutan huruf
hijaiyyah, seperti alif, ba’, ta’ dan seterusnya hingga ya’. Metode ini dapat kita jumpai di beberapa
kitab hadis yang di antaranya kitab Jami’ ash-Shaghir karya as-Suyuti.
2. Terdasarkan tema-tema tertentu,
hampir mirip kitab-kitab Sunan.
Hadi-hadis
yang terdapat pada kitab Muhtar al-Ahadis an-Nabawiyyah tersebut seluruhnya
berjumlah 1570 hadis, yang bersumber dari
kitab-kitab al-Mu’tabarah yang dianggap sahih oleh sang pengarang,
seperti kitab Sahih Buhari, Sahih Muslim, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa’i,
Sunan Ibnu Majah, Sunan Abi Daud, al-Muwatha’, al-Jami’ as-Shaghir, Kitab
Targhib, dan lainnya.
Kemudian,
dari metode pertama ada 1395 hadis, dan pada metode ke dua ada 175 hadis yang
tersebar pada tiap-tiap tema. Tema-tema
yang menjadi pokok bahasan hadis sebanyak 79 tema. Selanjutnya, untuk perincian dari
masing-masing metode lihat tabel.
Al-Hasyimi
dalam menuliskan hadis tidak memiliki jalur sanad tersendiri. Cara penulisan hadisnya tidak konsisten dalam
beberapa hal, di antaranya, penulisan Sahabat kadang ada kadang tidak, begitu
pula penulisan mukharij (mutadwin) serta dalam menuliskan nama mukgarij
terkadang di awal hadis terkadang di akhir hadis, akan tetapi penulisan sahabat
di akhir hadis lebih dominan. Serta al-Hasyimi sering menempatkan nama sahabat dan
mukharij secara bersamaan dalam awal maupun akhir hadis. Dan masih ada beberapa
hal lagi yang menyangkut ketidak konsistenan al-Hasyimi dalam menyusun
kitabnya, untuk lebih jelasnya akan diuraikan di bawah ini.
Adapaun
sumber rujukan al-Hasyimi dalam menyusun kitabnya sebagaimana tercantum dalam
sampul kitabnya berpatokan pada kitab-kitab mu’tabarah seperti, Shahih Bukhari,
Muslim, Sunan at-Tirmidzi, an-Nasa’i, Abu Daud, Ahmad, Ibnu majah, al-Jami’
ash-Shaghir, kitab at-Targhib wa at-Tarhib dan lainnya.
Sebagaimana
di singgung di atas bahwa, dalam menuliskan hadis yang termuat di dalam kitab
Muhtar tersebut, pengarang tidak memiliki sanad langsung dari Nabi saw., yang melalui jalur-jalur tertentu
sebagaimana penulisan kitab hadis dalam kutub tis’ah atau kitab-kitab yang
sejenisnya. Akan tetapi langsung
menuliskan hadis-hadis tertentu sebagaimana pokok bahasan yang
berlangsung.
Contoh dari
metode dengan urutan huruf hijaiyyah (alif):[1]
اجْعَلُوا فِي بُيُوتِكُمْ مِنْ
صَلَاتِكُمْ وَلَا تَتَّخِذُوهَا قُبُورًا (رواه البحاري)
Contoh dari
metode tema :[2]
رواه المسلم عَنْ عَائِشَةَ عَنْ
النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ رَكْعَتَا الْفَجْرِ خَيْرٌ
مِنْ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا
Selanjutnya,
di dalam penulisan perawi pertama yaitu sahabat, pengarang muhtar al-Ahaadis
tidak selalu menuliskan nama sahabat pada penulisan hadisnya, kadang di tulis
kadang pula tidak. Akan tetapi lebih
dominan menuliskan nama-nama sahabat.
Contoh nama
Sahabat yang tertulis :
ذكر الله شفاء القلب (رواه الديلمي
عن انس )
Contoh Nama
sahabat yang tidak tertulis
telah di sebutkan di atas.
Kemudian,
Dalam hal penulisan nama mukharij (mutadwin) penulis mukhtar tidak konsisten
pula, sekali tempo nama mukharij ditulis kadang pula tidak.
Contoh
mukharij yang tertulis telah tersebut di atas, sedangkan contoh mukharij yang
tidak tertulis sebagai berikut :
قال رسول صلى الله عليه والسلام : صلاة الجماعة أفضل من الفرد
بسبع وعشرين درجة (رواه إبن عمر )
Adapun penyebutan tema-tema tertentu sebagaimana
kitab-kitab mu’tabarah seperti kitab sahih maupun sunan, al-Hasyimi juga
memberikan tema-tema tertentu sebelum menyebutkan hadisnya, tema-tema yang
tercantum terdapat pada bagian kedua, setelah menyebutkan hadis dengan
menggunakan metode ma’ajim, sebagaimana telah disinggung di atas. Tema-tema yang ada berjumlah 79.
Tema-tema
yang ada sebelum menuliskan atau menyebutkan hadis-hadisnya, kadang-kadang
didahului dengan menuliskan ayat-ayat al-Qur’an untuk mendukung pokok bahasan,
seperti didalam kitab sahih Bukhari atau kitab-kitab lainnya. Contoh :[3]
- يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا
تُوبُوا إِلَى اللَّهِ تَوْبَةً نَصُوحًا (التخريم :8)
- وَاسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ ثُمَّ
تُوبُوا إِلَيْهِ ( هود : 90 )
- وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا
أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (النور:31)
قَالَ رسول صلى الله عليه والسلام :
إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَبْسُطُ يَدَهُ بِاللَّيْلِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ
النَّهَارِ وَيَبْسُطُ يَدَهُ بِالنَّهَارِ لِيَتُوبَ مُسِيءُ اللَّيْلِ حَتَّى
تَطْلُعَ الشَّمْسُ مِنْ مَغْرِبِهَا ) رواه
المسلم )
Adapaun dalam seputar menghukumi hadis,
al-Hasyimi tidak menyebutkan secara jelas, akan tetapi sebagaimana dalam sampul
kitabnya tertulis bahwa, beliau menggunakan hadis-hadis yang sahih serta
bersumber dari kutuh al-Mu’tabarah.
Komentar tersebut
setelah dilihat sepintas lalu memang cukup meyakinkan bahwa semua hadis dalam
kitab al-Mukhtar berkualitas sahih, akan tetapi setelah melihat secara gamblang
ada beberapa hadis yang perlu dikaji ulang dari segi kualitasnya, di antaranya
hadis-hadis yang diriwayatkan oleh beberapa mutadwin selain kutub at-tis’ah.
Sementara, setelah
penulis menyimak hadis-hadis di dalam kitab al-Mukhtar, ada satu hadis qudsi
yang keteranganya agak bertentangan dengan keterangan komentar sebagaimana di
singgung di atas. Yaitu hadis yang
tertulis tersebut di akhiri dengan pernyataan rawah al-Hakim ‘an hasan
mursalan. Hal ini membuktikan secara sepintas bahwa, hadis-hadis yang
teapat dalam kitab al-Mukhtar seluruhnya tidak bisa dinilai sahih. Hadis itu selengkapnya sebagaimana tercantum
di dalam kitab al-Mukhtar sebagai berikut :[4]
قال الله تعالى : أنا أكرم وأعظم
عفوا من أن استر على عبد مسلم في الدنيا ثم أفضحه بعد إذ سترته ولاأزال أغفر لعبد
ما استغفرني. (رواه الحكم عن حسن مرسلا)
Demikianlah, yang
sementara ini dapat dipaparkan beberapa keterangan tentang manhaj al-Hasyimi di
dalam menyusun kitab hadis yang berjudul Muhtar al-Ahaadis al-Nabawiyyah,
serta beberapa catatan seputar penjelasan dari kitab tersebut.
TABEL PERINCIAN METODE I
NO
|
URUTAN
HURUF HIJAIYYAH
|
JUMLAH
HADIS
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
|
ا
ب
ت
ث
ج
ح
خ
د
ذ
ر
ز
س
ش
ص
ض
ط
ظ
ع
غ
ف
ق
ك
ل
م
ن
و
هـ
لا
ي
|
432
53
17
12
12
37
44
21
12
21
9
33
9
23
6
22
3
37
15
16
39
73
79
265
36
12
7
47
16
|
|
|
|
NO
|
TEMA HADIS
|
JUMLAH HADIS
|
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
56
57
58
59
60
61
62
63
|
Fi al-Islam wa al-Iman
Fi Fadhl al-Ikhlas wa Tahrim ar-Riya’
Fi al-Khauf min Allah wa Muraqabatih
Fi ar-Raja’ wa al-amal
Fi at-Tawakal ‘ala Allah
Fi ‘alamat habb Allah Ta’ala lil’abd
Fadhl ‘Ilm
Fi ad-Dalalati ‘ala al-Khair wa Da’wah ila
al-Huda wa at-Ta’aawun ‘ala al-Bir wa at-Taqwa
Fi at-Taubah
Fadhl al-Wudhu’
Fi al-Fadhl as-Shalah wa al-Muhafadzah
‘alaiha wa al-Wa’id asy-Syadid ‘ala Tarkiha
Fi al-Adzan
Fi al-Fadhl as-Shalah al-Jama’ah
Fi fadhl ash-Shaf al-Awwal wa Itmaam
ash-Shaf wa Taswitiha
Fi Fadhl Shalah as-Shubh wa al-‘Ashr wa
al-Hass ‘ala Hudhur al-Jama’ah fi ash-Shubh wa al-‘Isya’ wa Karahiyyah
an-Naum Qablaha wa al-Hass Ba’dahha
Fi fadhl Yaum al-Jumu’ah wa Shalatiha wa
al-Ightasala wa at-Tayyib
Fi
Ba’d makruhat ash-Shalah wa tahrim al-Murur baina yada al-Mushalli wa
ad-Dukhul fi Nafilah ba’d suru’ al-Imam wa rafa’ ar-Ra’s Qablah
Fi as-Sunan ar-Ratibah wa al-Witr wa
adh-Dhuha
Fi Sunnah al-Wudhu wa Tahiyyah al-Masjid wa
Shalah adh-Dhuha
Fi Istihbab Qiyam al-Lail wa Qiyam Lailah
al-Qadr wa Qiyam Ramadhan (wa huwa at-Tarawih) wa Istihbab Ja’al
an-Nawafil fi al-Bait
Fi al-Janazah wa Tasyyi’iha
Fima Yustahibbu Fi’luh ‘inda al-Muhtadhir
wa al-Mayyit hina Yamut
Fi Tahrim an-Niyahah ‘ala al-Mayyit
Fi Tahrim Ihdad al-Mar’ah fauq Salas
Fi Istihbab Dzakar al-Maut wa Karahah
Tamnih
Fi ad-Du’a lilmayyit wa ash-Shadaqah ‘anh
wa as-Sana’ ‘alaih
Fi Istihbab Ziyarah al-Qubur lirrijal wa
an-Nahi ‘an tajsisiha wa al-Bina’ ‘alaiha wa ash-Shalah ilaiha wa al-Julus
‘Alaiha
Fi ‘Iyadah al-Maridh wa ma yud’a bihi lah
Fi ash-Shabr
Fi Fadhl al-Qur’an wa Tilawatih
Fi Fadhl Dzikr Allah wa Hamdah wa Syukrih
‘Azza Wa Jalla
Fi Adzkar wa ‘Ud’iyyatih Nabawiyyatih tuqal
fi ash-Shubh wa al-Masa’
Fi Adzkar wa ‘Ud’iyyatih Nabawiyyatih tuqal
‘inda Naum
Fi ar-Ru’ya wa Adzkariha
Fi Fadl al-Ijtima’ ‘ala Dzikr Allah Ta’ala
Fi al-Istighfar
Fi al-Isti’adah
Fi ad-Du’a
Fi as-Salam wa Adabih
Fi az-Zakah
Fi Fadhl al-Ghanniy asy-Syakir
Fi Madh al-Karm wa al-Infaq fi Tarq wa
al-Khair
Fi Dhamm asy-Syaih wa al-Mann bi
al-‘Atiyyah wa ar-Ruju’ fi al-Habbah
Fi Isyar al-Mar’I ‘ala Nafsih limuwasah
libu’sa’I
Fi Qina’ah wa Dhamm as-Su’al wa Afdhal Anwa’
al-Kasb
Fi Shaum Ramadhan wa Fadhl ash-Shiyam wa ma
Yata’allaq bih
Fi al-Hajj
Fi at-Taqwa wa-Istiqamah ‘ala at-Ta’ah wa
Mahabbah al-Khairat
Fi al-Iqtishad fi at-Ta’ah lialla Tamall
an-Nafs
Fi al-Muhafadhah ‘ala as-Sunah wa Adabiha
wa an-Nahi ‘an al-Bida’
Fi Fadhl Ahl al-Bait Rasul Allah wa
Mahabbatihim
Fi Dzikr ash-Shahabah r.a., ‘anhum
Fi Fadhl al-Jihad
Fi Fadhl Syuhada’ al-Harb wa Syuhada’
al-Akhirah
Fi Wujub Tha’ah Wulah al-Umur
Fi Hass Walah al-Umur ‘ala Ittikhadz
Qurana’ Shalihin
Fi al-Mushawarah wa an-Nashihah wa
al-Istiharah
Fi Madh al-‘Adl wa ar-Rafi’ bi ar-Ra’iyyah
wa Tahtim Dhulmiha wa Ghasysyiha
Fi Tahrim adz-Dzulm wa fi al-Amr bi
al-Ma’ruf wa an-Nahiy ‘an al-Munkar
Fi Fadhl az-Zuhd fi ad-Dunya
Fi Birr al-Walidain wa Tahrim ‘Uquqiha
Fi Talb al-‘Adl baina al-Aulad
Fi haqq az-Zaujain wa al-Washiyyah bi
an-Nisa’ wa Tarbiyyah al-Aulad
Fi Tahrim Maal al-Yatim wa al-Ihsan
|
|
AL-MUSHANNAF
Al-Mushannaf
Menurut istilah ahli
hadis, al-Mushannaf adalah kitab yang disususn berdasarkan bab-bab fiqh,
meliputi hadis-hadis marfu’, mauquf dan maqtu’.
Artinya pada kitab ini terdapat hadis-hadis Nabi, qaul sahabat, fatwa
tabi’in dan terkadang fatwa attabi’ tabi’iin.[5]
Dalam arti lain
al-Mushannaf berarti sesuatu yang disusun, namun secara terminologis kata
mushannaf ini sama artinya dengan kata muwatha’, yaitu metode pembukuan hadis
berdasarkan klasifikasi hokum islam (abwab fiqqiyyah) dan mencantumkan hadis
hadis marfu’, mauquf, dan maqtu’, seperti halnya muwatha’. Jadi secara garis besar al-Mushannaf sama
artinya dengan Sunan dan Muwatha’.[6]
Perbedaan al-Musannaf
dan sunan diantaranya, jika al-Mushannaf mencakup hadis-hadis marfu’, mauquf,
dan maqtu’, sementara, kalau sunan hanya berisi hadis-hadis marfu’. Apabila ada hadis di luar marfu’ amat
sedidkit, karena hadis-hadis mauquf dan ma’tu’ tidak disebut dalam istilah
mereka dengan sunan. Di luar perbedaan
tersebut, secara umum al-Mushannaf dan al-Sunan sama saja.[7]
Kitab-kitab
al-Mushannaf yang telah dikarang oleh ulama’ di anataranya :[8]
1.
Al-Mushannaf
karya Abu Bakar ‘Abd Allah bin Muhammad bin Abi Syaibah al-Kufy (-235 H)
2.
Al-Mushannaf
karya Abu Bakar Abd ar-Razaq bin Hammam bin Abi Shan’ani (-211 H.)
3.
Al-Mushannaf
karya Baqi bin Makhlad al-Qurtubi (-276 H.)
4.
Al-Mushannaf
karya Abu Syufyan Waki’ bin Jarrah al-Kuffi (196 H.)
5.
Al-Mushannaf
karya Abi Salamah Hammad bin Salamah al-Basri (-167 H.)
Sejarah Hidup ‘Abd ar-Razaq
‘Abd ar-Razaq nama
lengkapnya ‘Abd ar-Razaq bin Hammam bin Nafi’ al-Humairi Abu Bakar
al-Shan’ani. Beliau lahir pada tahun 126
H.[9]
Abd ar-Razaq semasa
kecil berdomisili di Yaman, dan beliau banyak belajar ilmu agama dari para
ulama dan imam di masanya. Beliau mengarang kitab al-Mushannaf tatkala
berkunjung ke Syam sambil berdagang sambil mengumpulkan hadis-hadis dari para
imam besar seperti Imam al-‘Auza’i, dan lainnya.[10]
Di antar guru-guru
beliau adalah Ma’mar, ‘Ubaid Allah, Aiman bin Nabil, ‘Ikrimah bin ‘Ammar, Ibn
Juraij, Malik, Zakariya bin Ishaq, Ja’far bin Sulaiman, Yunus bin Sulaim, Ibn
Abi Rawad, Isra’il, Isma’il bin ‘Ias, dan lainnya.[11]
Karya Beliau
Di antara karya-karya
beliau adalah:
1.
Al-Mushannaf
2.
Tafsir
Qur’an
3.
sejarah
4.
Fiqh
Pendapat Ulama Tentang Beliau
Sekilas Pandang Tentang Kitab Mushannaf Abd ar-Razaq
Al-Mushannaf karangan
Abd ar-Razaq ini adalah salah satu kitab hadis mu’tabarah yang ada di dalam
referensi hadis. Jumlah hadis di
dalamnya kurang lebih 15405 hadis. Yang
berkualitas sahih hasan, dha’if.[12]
‘Abd ar_razaq adalah
seorang muhadis yang menulis hadis dan memiliki sanad langsung kepada Nabi saw.
Contoh:
[1] Sayyid Ahmad al-Hasyimi, Muhtar al-Ahaadis an-Nabawiyyah, h. 7,
No Hadis: 31
[2] Al-Hasyimi,
Muhtar, h. 185, No.
Hadis: 1452, Bab fi as-Sunnan
ar-Raatibah wa al-Witri wa adh-Dhuha
[3]Al-Hasyimi,
h. 180, No Hadis: 1420, Bab fi at-Taubah
[4] Al-Hasyimi,
h. 113, No Hadis : 841
[5] Mahmud at-Tahhan, 40
[6] Ali Mustofa Yaqub, Kritik Hadis, h. 77
[7] Mahmud at-Tahhan, 40
[8] Mahmud at-Tahhan, 40
[9] Tahdhib, Jilid 3, h. 444
[10] Tafsir Qur’an, Muqaddimah, h. 8.
[11] Tahdhib,
h. 444
No comments:
Post a Comment
Setiap Mencopy artikel mohon meninggalkan pesan yang membagun