بسم الله الرحمن الرحيم
KITAB-KITAB
ILMU HADIS
DI INDONESIA
By:
Asrowi
A. Pendahuluan
Para
pengarang buku bidang hadits dan ilmu hadits (Ulumul Hadis) yang berbahasa Indonesia, baik
yang klasik maupun baru, secara umum sangat dipengaruhi oleh buku-buku (Kitab) turats
yang berasal dari bahasa arab. Hal ini memang sesuatu yang wajar, sebab
Ilmu Hadis pada kenyataannya tidak banyak berkembang sebagaimana disiplin ilmu
lain yang bersifat umum.
Menyangkut
masalah karya ilmiah, tentunya masing-masing pengarang memiliki kecenderungan
sang berbeda. Walaupun kelihatannya nampak sama, namun setelah diteliti tentu
memiliki karakter atau corak yang berbeda.
Ada buku ilmu
hadis murni yang dikarang dengan pembahasan yang cukup panjang dan mendetil,
contohnya Buku-buku karangan Hasbi al-Siddiqy, ada juga yang diperkaya dengan
unsur kajian langsung yang dibarengi dengan memperkaya contoh-contoh pembahasan
seperti buku karya A. Hasan, ada juga yang mefokuskan kajian sanad saja,
misalnya buku karya Muhammad Rofiq yang berjudul Sistem Isnad, dan masih banyak
lagi corak atau ragam bentuk kajiannya yang di antaranya berbentuk kajian hadis.
Ini adalah daftar karya yang beredar di
masyarakat yang biasanya dikonsumsi oleh para mahasiswa-mahasiswa pada umumnya.
Buku-buku Ilmu Al-Hadis Murni
- Abdul Basith Bin Yusuf, Koreksi Ulang Syaikh al-Bani, Jakarta : Pustaka Azzam, 2003
2. Abdul Chalid Mukhtar, Hadis Nabi Dalam Teori
dan Praktek, Jakarta
: TH Pres
3. Abu Su’ud, Prosedur Penulisan Hadis, Surakarta : Muhamadiyah
Univercity, Press 2000
4. Ahmad Husnan, Kajian Hadis Metode
Takhrij, Jakarta
: Pustaka Kautsar,1993
5. Ahmad Husnan, Takhrij Hadis Riwayat
Bukhari Muslim, Jakarta
: Kautsar, 199
6.
Ahmad
Sutarmadi, al-Imam at-Tirmidzi Peranannya dalam Pengembangan Hadis dan Fiqh, Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu, 1998
7. Ali Mustofa Yaqub, Hadis-Hadis
Bermasalah, Jakarta
: Pustaka Firdaus, 2003
8. Ali Mustofa Yaqub, Imam Bukhari dan
Metodologi Kritik Hadis Dalam Ilmu Hadis, Jakarta Pustaka Firdaus, 1996
9. Ali Mustofa Yaqub, Peran Ilmu Hadis Dalam
Pembinaan Hukum Islam, Jakarta
Pustaka Firdaus, 1999
10. Badri Khaerumen, Studi Kritik Atas Kajian
Hadis Kontemporer, Bandung
: Rosda Karya, 2004
11. BM, Biografi Syaikh al-Bani Mujaddid dan
Ahli Hadis Abad ini, Bogor
: Pustaka Imam Syafi’i, 2003
12. Dosen Tafsir Hadis Fak. Ushuluddin, Studi
Kitab Kitab Hadis, Yogyakarta : Teras,
2003
13. Erfan Subahar, Menguak Keabsahan
as-Sunah, Jakarta
: Kencana, 2004
14. Fatchur Rahman, Wacana Studi Hadis
Kontemporer, Yogyakarta : Tiara Wacana,
2002
15. Hasim Abas, Kritik Matan Hadis Versi
Muhaddisin dan Fuqaha, Yogyakarta : 2004
16. M. Abdurrahman, Pergeseran Pemikiran
Hadis Ijtihad al-Hakim dalam Menentukan Status Hadis, Jakarta : Paramadina, 2000
- Miftah Farid, Sunah Sumber Hukum Yang Kedua, Bandung : Pustaka, 1997
18. Muhammad Najib, Pergolakan Politik Umat
Islam Dalam Kemunculan Hadis Maudhu’, Jakarta
: Pustaka Setia
19. Suhudi Ismail, Hadis Nabi Menurut Pembela
dan Pengingkarnya, Jakarta
: Bulan Bintang, 1998
20. Suhudi Ismail, Hadis Nabi Yang Tekstual
dan Kontekstual : Telaah Ma’ani Hadis Tentang Ajaran Islam Yang Universal,
Temporal dan Lokal, Jakarta
: Bulan Bintang, 1994
21. Usman Sa’roni, Otentitas Hadis Menurut
Ahli Hadis dan Kaum Sufi, Jakarta
: Pustaka Firdaus 2000
22. Yunahar Ilyas dan M. Mas’udi, Pengembangan
Pemikiran Terhadap Hadis, Yogyakarta :
LPPI, 1996
23. Yunahar Ilyas, Pengembangan Pemikiran
Terhadap Hadis, Yogyakarta UPP UMY, 1996
Buku Terjemah Kajian Ulum Al-Hadis
1.Al-Ghazali, Studi Kritik Atas Hadis Nabi;
Antara Pemahaman Tektual dan Kontekstual, Penerjemah Muhammad al-Baqir, Bandung : Mizan, 1994
2.Abdullah Bin Ali al-Qusyaimy, Memahami
Hadis Musykil, Penerjemah Kathie Suhardi, Solo : Pustaka Mantik
3.Abu Lubabah, Pemikiran Hadis Mu’tazilah,
Penerjemah Usman Sya’rani, Jakarta
: Pustaka Firdaus 2003
4.Al-Bani, Irwa al-Ghazali ; Telaah Kritis
Terhadap Matan Hadis Kitab Manar as-Sabil, Penerjemah Khairun Naim.
5.Al-Bani, Kedudukan as-Sunah Dalam Islam,
Penerjemah Anshor Firdaus, Jakarta
: Gagasan Indo 1988
6.G.H.A. Juynboll, Kontroversi Hadis Mesir,
Penerjemah Ilyas Hasan, Bandung
: Mizan, 1999
7.Ibnu Hazm al-Damsyiqie, Asbabul Wurud, Penerjemah, Suwartas
Wijaya dan Zafrulla, Jakarta
: Kalam Mulia, 1996
8.Izzuddin Husain, Menyikapi Hadis-Hadis
Yang Bertentangan; Hadis Nasikh dan Mansukh, Penerjemah Wajidi Sayadi, Jakarta : Pustaka Firdaus,
2004
9.MM. Azami, Menguak Keabsahan Hadis-Hadis
Hukum, Penerjemah Asyrofi Sodri, Jakarta
: Pustaka Firdaus, 2004
10. MM. Azami, Pembela Eksistensi Hadis,
Penerjemah Nurul Huda, Jakarta
: Pustaka, 1997
11. MM. Azami, Pengkajian Hadis Kaedah dan
Persaratan, Penerjemah Zaenal Azzam, Kualalumpur Pustaka Salam 1998
12. Mustofa al-Siba’i, Sunah dan Peranannya
Dalam Penetapan Hukum Islam, Penerjemah Nurcolis Majid, Jakarta : Pustaka Firdaus, 1995
13. Team Dar al-Bazz, Sejarah Hadis Qudsi,
Penerjemah Wawan Junaedi, Jakarta
: Pustaka Azzam, 2005
14. Yassin Dutton, Sunah, Hadis dan Amal
Penduduk Madinah; Studi Tentang Sumber Hukum Islam, Penerjemah Dedi
Junaedi, Jakarta
: Akademi Presindo
Dari beberapa
daftar buku-buku baik ilmu hadis murni atau yang berbentuk kajian penulis akan
sedikit memaparkan metodologi dari masing-masing bentuk kajian, di antaranya
ilmu hadis murni yang berbahasa Indonesia
dan ilmu hadis yang terjemahan dari bahasa arab.
Uraian pembahasan
metodologi dari ilmu hadis yang berbahasa Indonesia murni penulis mengangkat
karya A. Hasan yang berjudul Mustalah Hadis jadi pokok kajian, alasan penulis
memilih Karya A. Hasan menjadi pokok kajian, sebab memuat sisiplin ilmu hadis
yang disertai cintoh-contoh.
Sekilas akan
penulis paparkan tentang metodologi dari buku Ilmu Hadis karya A. Hasan. Dari
segi penulisannya A. Hasan pertama kali menjelaskan masing-masing definisi baik
secara lughah maupun menurut istilah, selanjutnya masing-masing bahasan
diuraikan sebagaimana pada penulis hadis terdahulu menjabarkan pembagian dari
arti bahasan. Contohnya hadis sahih terbagi menjadi dua bagian, sahih lidzatih
dan lighairih. Kemudian masing-masing
bahasan disertakan pula contoh-contoh, berikut cara memahaminya. Misalnya pada halaman 30 .
Artinya
: Kata Bukhari telah menceritakan kepada kami Abd Allah bin Yusuf, (ia berkata)
telah menceritakan kepada Kami Malik dari Nafi’, dari Abdullah bahwa Rasulullah
saw. Bersabda : Apabila mereka itu bertiga, janganlah dua orang di antaranya
berbisik-bisikan dengan tidak bersama ketiganya.
Selanjutnya, rawi-rawi itu ditelaah langsung oleh A.
Hasan dengan pendekatan Takhrij, dengan
menuliskan I’tibar sanadnya, lalu masing-masing rawi dikaji dengan pendekatan
Jar wa Ta’dil, apakah kesuluruhan perawi itu siqah atau tidak, sehingga
definisi sahih betul-betul bisa dihidangkan kepada pembaca dengan jelas. Kesimpulannya, kalau seseorang membaca buku
A. Hasan sudah langsung bisa merasakan penelitian hadis, sebab setiap penilaian
rawi selalu disertakan dengan referensi yang jelas dan lengkap.
Dalam menulis bukunya A. Hasan mengkaji secara lengkap,
di antaranya ruang lingkup Ulumul Hadis seperti pembahasan hadis mutawatir,
ahad, sahih, hasan, dha’if, ilmu Tahammul wa al-‘Ada, Jar wa Ta’dil, Tubaqatur
Ruwah, julukan rawi baik laqab maupun kunyah, memaparkan cara meneliti
(memeriksa) hadis, menerangkan indek buku, indek perawi, dan diakhiri dengan
pencatuman daftar pustaka.
Dalam menulis bukunya A. Hasan secara lengkap dan
terperinci menuliskan sumber bacaan setiap beliau memaparkan sesuatu khususnya
masalah para perawi hadis. Inilah sekilas
tentang profil manhaj buku karya A. Hasan yang berjudul Ilmu Mustalah Hadis.
Uraian pembahasan metodologi
dari buku ilmu hadis yang terjemahan penulis mengangkat karya Mahmud ath-Thohan
yang berjudul Mustalah Hadis jadi pokok kajian, penulis memilih Mahmud
ath-Thohan menjadi pokok kajian, sebab buku ini biasa dikaji di kalangan
pesantren dan mahasiswa sebagai salah satu referensi penting dalam disiplin
ilmu hadis.
Mahmud Ath-Tohan dalam merilis bab-bab dalam
bukunya yang berjudul Mustalah Hadisnya memang tidak jauh berbeda dengan
kitab-kitab sebelumnya yaitu, menjelaskan sepatah dua patah kata seputar
sejarah asal muasal ilmu hadis yang dilanjutkan dengan menuliskan nama-nama
kitab ilmu hadis.
Selanjutnya,
beliau mengawali kajiannya dengan definisi-definisi yang terkait dengan
pengertian yang bermuara pada hadis misalnya, pengertian ilmu mustalah, hadis,
khabar, atsar, isnad, sanad, matan, musnad, musnid, muhadis, hafidz dan
hakim. Kemudian, pengkaji ilmu hadis
dari segi kuantitas hadis baik yang bersifat mutawatir maupun ahad, kemudian
hadis ditinjau dari segi kualitas (maqbul) yang diisi dengan bahasan hadis
sahih, hasan, muhkam mukhtalif dan hadis nasikh mansukh.
Lalu membahas
tentang kemardudan suatu hadis yang berpangkal pada hadis dha’if yang dipisah
menjadi dua bagian. Pertama, dha’if
sebab terputusnya sanad dan tercelanya (cacat) rawi. Untuk pembahasan terputusnya sanad yang
dihiasi dengan bahasan mu’allaq, mursal, mu’dhal, munqati’, mudalas, mursal
khafi dan mu’anan mu’an’an. Untuk pembahasan kedua tentang cacatnya rawi
beliau mengisinya dengan bahasan maudhu’, matruk, munkar dan lain sebagainya
yaitu, yang terkait dengan cacatnya rawi.
Kemudian,
mahmud ath-Thahan melanjutkan kajiannya dengan mentelaah ulang seputar khabar
maqbul dan mardud yang ditandai dengan bentuk kajian kabar yang diragukan
antara magbul dan mardud. Tidak ketinggalan beliau membahas tahammul wa
al-ada’, jarh wa ta’dil disajikan dengan bentuk pembahasan yang cukup lengkap
yang disetai dengan sighah-sighahnya.
Pembahasan
tentang tatakrama (akhlaq) seorang muhaddis maupun pencari hadis beliau juga
sajikan, yang dilanjutkan dengan pembahasan perincian isnad, lalu ditutup
dengan bahasan ilmu thabaqah ar-ruwah.
Mahmud
ath-Thohan dalam merilis dari masing-masing pokok bahasan disajikan dengan
sangat singkat baik pengertian secara kebahasaan maupun istilah. Adapun mahmud ath-Thohan memiliki ciri khas
menamai setiap bab maupun sub bab dengan nama khabar bukan hadis. Di dalam setiap pembahasan tidak
ketinggalan beliau menyertakan
contoh-contoh, lalu memaparkan kehujahan dari tiap-tiap kajian ilmu hadis itu,
dan mengakhiri kajiannya dengan menyertakan referensi kitab-kitab tertentu
untuk memperdalam dari setiap kajian itu sendiri.
Contoh dari
terjemahan Mustalah Hadis karya Mahmud ath-Thahan :
Khabar Mutawatir :
a. Definisi :
(1) Menurut bahasa (etimologi)
: adalah isim fa'il yang keluar dari masdar "tawatur" arti-nya silih
berganti. Jika anda ucapkan ' 'tawataral matha-) artinya adalah hujan turun silih
berganti tak henti-hentinya.
(2) Menurut istilah
(terminologi) : adalah apa saja yang diriwayatkan oleh orang banyak yang
menurut kebiasaan tidak mungkin mereka sepakat untuk berdusta.
Pengertian daripada definisi di atas adalah hadits atau khabar
yang telah diriwayatkan pada setiap tingkatan sanadnya oleh pera-wi yang banyak
sekali di mana akal biasanya menetapkan ketidak-mungkinan mereka untuk
bersepakat membikin dan membuat khabar ini..
b. S y a r a t ;
Dari uraian definisi di atas menjadi jelaslah bahwa
kemuta-watiran tidaklah mungkin terwujud dalam khabar melainkan dengan syarat
empat.
(1) Hendaklah hadits itu diriwayatkan oleh orang banyak sedangkan
batasan paling sedikit orang yang meriwa-yatkan itu masih dipersengketakan dan
masih perbeda-an pendapat, adapun pendapat yang unggul mengatakan sepuluh orang
(2) Perawi yang banyak ini harus terdapat di dalam semua tingkatan
sanad.
(3) Manurut adat mereka tidak mungkin bersepakat bertin-dak bohong
(4) Sandaran khabar mereka adalah indera, seperti ucapan mereka :
kami mendengar, kami melihat, kami menyen-tuh atau ........................
Adapun jika sandaran khabar mereka adalah akal
seperti pendapat mereka (entang barunya alam, maka khabar dalam keadaan
demikian tidak bisa dikatakan sebagai mutawatir.
c. H u k u m n y a :
Suatu yang sudah mutawatir bisa mendatangkan
ilmu dharuri artinya ilmu yakin yang bisa memaksa manusia untuk menga-kuinya
secara jujur dan tegas seperti seseorang yang menyaksikan suatu kejadian dengan
mata kepala sendiri, sehingga bagaimana dia ragu-ragu lagi untuk mengakui
kebenarannya, demikian halnya khabar mutawatir. Oleh sebab itulah semua khabar
mutawatir
Bentuk
kemonotonan sepanjang pembahasan ilmu hadis akan selalu kita jumpai di dalam
buku karya Mahmud ath-Thohan ini, akan tetapi sangat mudah untuk dipahami dan
dimengerti khususnya pagi pemula yang ingin memperdalam kajian ilmu hadis.
Demikian
sekilas tentang uraian buku ilmu hadis baik karya ulama Indonesia (berbahasa Indonesia) maupun karya ulama Timur
Tengah (berbahasa Arab/yang sudah diterjemahkan). Pada dasarnya karya-karya ulama yang
berkenaan dengan Ilmu Hadis secara menyeluruh nampak berbeda dari segi sub
pokok bahasan, akan tetapi nyaris memiliki kesimpulan sang senada. Sebab kajian hadis itu hanya berkisar pada
kajian sanad dan matan semata.
No comments:
Post a Comment
Setiap Mencopy artikel mohon meninggalkan pesan yang membagun