20 Sept 2014

POLA STRATEGI MENGAJAR





A.  Pendahuluan
Belajar mengajar adalah suatu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru tuntut adalah, bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai individu dengan segala keunikannya, tetapi merekajuga sebagai makhluk sosial dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual, psikologis, dan biologis.[1]
Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas yang cukup berat  bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik. Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah sukamya mengelola kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujuan pengajaran pun sukar untuk dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi, karena usaha yang dapat dilakukan masih terbuka lebar. Salah satu caranya adalah dengan meminimalkan jumlah anak didik di kelas. Mengaplikasikan beberapa prinsip pengelolaan kelas adalah upaya lain yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak dilakukan guna mendukung pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Hanya sayangnya pengelolaan kelas yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu ada gangguan yang tidak dikehendaki datang dengan tiba-tiba. Suatu gangguan yang datang dengan tiba-tiba dan di luar kemampuan guru adalah kendala spontanitas dalam pengelolaan kelas. Dengan hadimya kendala spontanitas suasana kelas biasanya terganggu yang ditandai dengan pecahnya konsentrasi anak didik. Setelah peristiwa itu, tugas guru adalah bagaimana supaya anak didik kembali belajar dengan memperhatikan tugas belajar yang diberikan oleh guru.
Masalah pengelolaan kelas memang masalah yang tidak pemah absen dari agenda kegiatan guru. Semua itu tidak lain guna kepentingan belajar anak didik. Masalah lain yang juga selalu guru gunakan adalah masalah pendekatan. Hampir tidak pemah ditemukan dalam suatu pertemuan, seorang guru tidak melakukan pendekatan tertentu terhadap semua anak didik. Karena disadari bahwa pendekatan dapat mempengaruhi hasil kegiatan belajar mengajar. Bila begitu akibat yang dihasilkan dari penggunaan suatu pendekatan, maka guru tidak sembarangan memilih dan menggunakannya. Bahan pelajaran yang satu mungkin cocok untuk suatu pendekatan tertentu, tetapi untuk pelajaran yang lain lebih pas digunakan pendekatan yang lain. Maka adalah penting mengenal suatu bahan untuk kepentingan pemilihan pendekatan.
Media sumber belajar adalah alat bantu yang berguna dalam kegiatan belajar inengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu yang tidak dapat disampaikan guru viu kata-kata atau kalimat. Keefektifan daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang sulit dan rumit dapat terjadi dengan bantuan alat bantu. Kesulitan anak didik memahami konsep dan prinsip tertentu dapat diatasi dengan bantuan alat bantu. Bahkan alat bantu diakui dapat melahirkan umpan balik yang baik dari anak didik. Dengan memanfaatkan taktik alat bantu yang akseptabel, guru dapat mengairahkan belajar anak didik.
Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan oleh guru pun salah satunya adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik dalam hal ini variasi media pandang, variasi media dengar, maupun variasi media taklil. Dalam pengembangan variasi mengajar tentu saja tidak sembarangan, tetapi ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu meningkatkan dan memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar mengajar, memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah, memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas belajar individual, dan mendorong anak didik untuk belajar.[2]
Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik, akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam suatu tujuan.. Metode yang dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar bermacam-macam. Penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan. Dalam mengajar, jarang ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi kombinasi dari dua atau beberapa macam metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan untuk menggairahkan belajar anak didik. Dengan bergairahnya belajar, anak didik tidak sukar untuk mencapai tujuan pengajaran. Karena bukan guru yang memaksakan anak didik untuk mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai tujuan.
Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi dengan seperangkat item soal yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran. Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya serap anak didik dan persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai Tujuan Pembelajaran Khusus (TPU). Jika hanya tujuh puluh lima persen atau lebih dari jumlah anak didik yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di bawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya bersifat perbaikan (remedial).[3]
Demikianlah garis besar  uraian secara umum, untuk melangkah kearah pemaparan konsep-konsep pendidikan sebagai frem, yang selanjutnya mengarah pada riset madrasah yang ditinjau dari aspek strategi guru di dalam mengajar di madrasah dengan menggunakan penelitian yang menekanannya pada observasi, kuisioner dan wawancara.

B.  Konsep Strategi Belajar Mengajar
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu garis-guris besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi hal-hal berikut :[4]
1.      Mengidentifikasi serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.      Memilih sistem pendekatan belajar mengajar berda-sarkan aspirasi dan pandangan hidup masyarakat.
3.      Memilih dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam menunaikan kegiatan mengajamya.
4.      Menetapkan norma-norma dan batas minimal keber-hasilan atau kriteria serta standar keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan umpanbalik buat penyem-purnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara keseluruhan.
Empat masalah dari uraian di atas menggambarkan bahwa ada pokok penting yang dapat dan harus dijadikan pedoman untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan yang diharapkan di setiap sekolah.

C.  Klasifikasi Strategi Belajar Mengajar
Menurut Tubrani Rusyan dkk, terdapat berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara keseluruhan diklasifikasikan seperti berikut :[5]
1.      Konsep dasar strategi belajar mengajar
2.      Sasaran kegiatan belajar
3.      Bela­jar mengajar sebagai suatu system
4.      Hakikat proses belajar.
5.      Entering behavior siswa
6.      Pola-pola belajar siswa
7.      Memilih sistem belajar mengajar
8.      Pengorganisasian kelompok belajar
9.      Pengelolaan atau implementasi proses belajar mengajar.

Dalam upaya pelaksanaan kegiatan perbaikan, Suharsimi Arikunto juga mengemukakan konsepnya. Keampuhan peranan berbagai metode diusulkan dalam hal ini. Menurutnya, jika ditinjau dari jenis metode, banyaknya metode yang sudah dikenal dapat digunakan untuk mengajar. Metode tersebut antara lain:[6]
1.      Metode pemberian tugas dan resitasi, yaitu melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru dan melaporkan hasilnya.
2.      Metode diskusi.
3.      Metode pendekatan proses (proses approach).
4.      Metode penemuan (inquiry approach).
5.      Metode kerja kelompok.
6.      Metode eksperimen.
7.      Metode Tanya jawab, dan metode lain serta gabungan dari metode tersebut.
Kita tahu bahwa masing-masing metode tersebut mempunyai kebaikan dan kelemahan,[7] serta mempunyai daya cocok yang berbeda bagi masing-masing siswa. Itulah sebabnya guru sudah memilih sesuatu metode yang paling baik menurut perkiraannya, akan tetapi mungkin tidak cocok bagi beberapa orang tua atau seorang siswa. Dengan demikian maka sebagai pelaksana program perbaikan guru seyogyanya memilih metode mengajar yang lebih sesuai bagi siswa.
D.  Konsep Dasar Strategi Belajar Mengajar
Seperti telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya, bahwa konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal: [8]
1.      Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
2.      Menentukan pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar
3.      Memilih prosedur, metode dan teknik belajar mengajar
4.      Menerapkan norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.

Berbagai persoalan yang biasa dihadapi oleh guru antara lain adalah :
a.       Tujuan-tujuan apa yang mau dicapai
b.      Materi pelajaran apa yang diperlukan
c.       Metode, alat mana yang harus dipakai
d.      Prosedur apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi.
Secara khusus dalam proses belajar mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan masyarakat, administrator, dan lain-lain, Untuk itu wajar bila guru memahami dengan segenap aspek pribadi anak didik, seperti :  Kecerdasan dan bakat khusus, prestasi sejak permulaan sekolah, perkembangan jasmani dan kesehatannya, kecenderungan emosi dan karaktemya, sikap dan minat belajar, cita-cita, kebiasaan belajar dan bekerja, hobi dan penggunaan waktu senggang, hubungan sosial di sekolah dan di rumah, latar belakang keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan sifat-sifat khusus dan kesulitan anak didik.  Usaha untuk memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi. Selain itu guru mempunyai keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala sekolah, orang tua, dan instansi yang terkait.

D. Implementasi Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan itu tiirut menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar, memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan.[9] Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah job description proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa.
 Sehubungan dengan hal ini, job description guru dalam implementasi proses belajar mengajar adalah :                            
1.      Perencanaan instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan organisasi belajar.
2.      Organisasi belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan ter-ciptanya proses belajar mengajar.
3.      Menggerakkan anak didik yang merupakan usaha meman-cing, membangkitkan, dan mengarahkan motivasi belajar siswa. Penggerak atau motivasi di sini pada dasamya mempunyai makna lebih daripada pemerintah, mengarahkan, mengaktualkan dan memimpin.
4.      Supervisi dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menun-jang, membantu, menugaskan dan mengarahkan kegiatan belajar mepgajar sesuai dengan perencanaan instruksional yang telah didesain sebelumnya.
5.      Penelitian yang lebih bersifat penafsiran (assessment) yang mengandung pengertian yang lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.
Berbagai upaya diusahakan untuk menganalisis proses pengelolaan belajar mengajar ke dalam unsur-unsur komponennya. Komponen-komponen tersebut meliputi :[10]
a.       Merencanakan, yaitu mempelajari masa mendatang dan menyusun rencana kerja.
b.      Mengorganisasi, yakni membuat organisasi, usaha, manajer, tenaga kerja dan bahan.
c.       Pengkoordinasikan, yaitu menyatukan dan mengkorelasikan
d.      Mengawasi, memeriksa agar segala sesuatu dikerjakan sesuai dengan peraturan yang digariskan dan instruksi-instruksi yang diberikan.
Tahap-tahap pengeldaan dan pelaksanaan proses belajar mengajar dapat diperinci sebagai berikut :
1.  Perencanaan
a.       Menetapkan apa yang mau dilakukan, kapan dan bagaimana cara melakukannya
b.      Membatasi sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target
c.       Mengambangkan altematif-altematif
d.      Mengumpulkan dan menganalisis informasi
e.       Mempersiapkan dan mengkominikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan.[11]
2.  Pengorganisasian
a.       Menyediakan fasilitas, perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menyusun kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses penetapan kerja yang diperlukan untuk menyelesaikannya
b.      Pengelompokkan komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur;
c.       Membentuk struktur wewenang dan mekanisme koordinasi
d.      Merumuskan, menetapkan metode dan prosedur
e.       Memilih, mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja serta mencari sumber-sumber lain yang diperlukan.[12]

3.  Pengarahan
a.       Menyusun kerangka waktu dan biaya secara terperinci;
b.      Memprakarsai dan menampilkan kepemimpinan dalam melaksanakan rencana dan pengambilan keputusan;
c.       Mengeluarkan instruksi-instruksi yang spesifik;
d.      Membimbing, memotivasi dan melakukan supervisi.
4.  Pengawasan
a.       Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan, dibandingkan dengan rencana
b.      Melaporkan penyimpangan untuk tindakan koreksi dan merumuskan tindakan koreksi, menyusun standar-standar. dan saran-saran
c.       Menilai pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan.

Perlu diketahui bahwa proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar tersebut. Upaya yang dapat dilakukan guru antara lain:
a.   Melalui karyawisata
Guru membawa para siswa ke luar ruang kelas untuk belajar. Bisa di lingkungan sekolah untuk mengenal situasi dan lingkungan sekolah, bisajuga mengunjungi objek wisata yang ada sangkut pautnya dengan materi pelajaran yang diberikan di sekolah. Dengan begitu pengetahuan dan pemahaman para siswa bertambah berkat pengalamannya selama melakukan melakukan karyawisata. Dalam prosesnya, karyawisata dilakukan dengan menghubungkan konsepsi yang telah disampaikan di kelas dengan situasi yang ada pada objek wisata, sehingga karyawisata itu benar-benar mengaktifkan para siswa.

b.   Melalui diskusi / seminar
Hasil yang didapat para siswa dari karyawisata perlu dilanjutkan dengan seminar atau diskusi, sehingga pengetahuan siswa menjadi berkembang. Dengan dan melalui seminar atau diskusi, pengalaman para anak didik akan terungkapkan dan aktifmemecahkan permasalahan yang tidak bisa dipecahkan oleh anak didik secara individual.
Selanjutnya secara garis besar seorang guru harus menggunakan pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan kompetensi siswa-siswinya.  Adapun pendekatan-pendekatan tersebut di antara ; Pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan edukatif, pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan, pendekatan emosional, pendekatan rasional, pendekatan fungsional, dan pendekatan keagamaan.
Demikian sekilas konsep pembahasan dan strategi belajar mengajar, serta implementasi belajar mengajar, yang selanjutnya oleh penulis dijadikan satu kerangka reset di salah satu sekolah madrasah MTS dan MA di daerah Lebak Banten.  Dalam memaparkan riset ini penulis menggunakan observasi dengan metode kuesioner, wawancara dan pengamatan langsung, baik antara guru-guru dan beberapa murid madrasah.[13]



DAFTAR PUSTAKA

H.Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan ; Kompetensi Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar, Semarang : Dina Utama, 1996

Omar Mohammad al-Taumy al-Syaibany, Falsafah at-Tarbiyyah Islamiyyah, (terjemah), Jakarta : Bulan Bintang, 1979

Ramalis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2002, Cet., ke-6

Ray Chesterfield , Classroom Observation Tools:  Improving Educational Quality Project. AS: USAID

Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Bina Aksara, 1991, Cet., ke-3

Suharsimi Arikunto, Penggelolaan Kelas dan Siswa ; Sebuah Pendekatan Evaluasi, Jakarta : Bina Aksara, 1998, Cet., ke-II

Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2




           




KUESIONER DAN KARAKTERISTIK GURU
INSTRUMEN OBSERVASI KELAS BELAJAR MENGAJAR[14]

A.       Pengunaan berbagai metoda pembelajaran:
  1. Guru menggunakan lebih dari dua jenis metode pembelajaran dan seluruh murid terlibat aktif dalam pembelajaran.
      Dalam hal ini tidak semua guru menggunakan poin ini hanya kuang lebih 30 % yang menggunakannya, baik yang di MTS dan MA, menurut mereka semakin banyak metode akan semakin mempermudah menyampaikan materi, sebab tidak semua siswa dalam menerima materi berfariatif sehingga supaya siswa bisa memahami materi secara menyeluruh diharuskan meggunakan berbagai metode.
  1. Guru menggunakan satu atau dua jenis dan murid aktif terlibat dalam pembelajaran.
      Untuk poin ini kurang lebih sekitar 20% dari jumlah guru yang di MTS dan MA, mereka beralasan dengan dua metode ini menurut mereka sudah cukup yaitu metode ceramah dan tanya jawab  antara guru dan siswa. Menurut mereka penggunaan banyak metode akan membingungkan para siswa di dalam menerima materi pelajaran, para siswa merasa terbebani.
  1. Guru menggunakan satu jenis atau lebih metode dan terlibat aktif dalam pembelajaran.
      Dalam menggunakan poin ini hanya digunakan oleh guru matematika dan fisika, yaitu metode latihan mengisi soal-soal, sebab dengan sering mengisi soal para siswa akan lebih teliti dalam memecahkan rumus-rumus yang ada.  Menurut guru yang membidangi mata pelajaran ini tidak ada metode lain yang cocok selain metode ini.
  1. Guru menggunakan satu jenis metode dan murid tidak aktif terlibat dalam pembelajaran.
      Adapun dalam metode poin empat ini ada beberapa guru yang menggunakannya, menurut penulis, para guru yang menggunakan medode ini kurang memiliki kompetensi dibidang pelajaran yang ia pegang.

B. Penggunaan bahan ajar yang bersumber dari murid
  1. Murid ambil bagian dalam penyediaan bahan ajar dan memanfaatkannya dalam kelompok.
  2. Hampir seluruh murid kontribusi bahan ajar dan memanfaatkan seluruh bahan ajar. 
  3. Beberapa murid menggunakan bahan ajar sedangkan yang lainnya mengamati.
  4. Tidak seorang murid pun menggunakan bahan ajar.
      Untuk empat poin diatas menurut pengamatan penulis tidak ada satupun siswa yang terlihat  ikut menyediakan bahan pengajaran.setelah penulis mewawancarai mereka, para siswa mengatakan bahwa guru tidak pernah menganjurkan hal tersebut.

C. Penggunakan bahan Mengajar untuk meningkatkan mutu pembelajaran:
  1. Guru menggunakan lebih dari dua macam bahan ajar yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran.
      Penggunaan referensi lebih sejauh pengamatan penulis kurang lebih sekitar 5 %, itupun bagi guru yang baru menyelesaikan studinya, untuk guru-guru yang sudah lama mengajar mereka hanya terpaku pada buku pedoman yang sesuai dengan kurikulum local saja.  Adapun untuk guru yang menggunakan referensi lebih setelah penulis wawancarai mereka berpendapat bahwa, mereka sangat menyukai banyak referensi, dan menurut mereka referensi lebih tersebut bersumber dari buku paket, sumber bahan ajar tambahan yang mendukung materi  juga diperoleh melalui internet.
  1. Guru menggunakan dua macam bahan ajar yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran. 
      Adapun poin kedua ini hanya beberapa guru yang menggunakannya, yaitu buku pedoman dan buku tambahan yang didapat dari perpustakaan local.  Para guru yang menunakan poin kedua ini menurut penulis disebabkan SDM-nya yang kurang memadai.
  1. Guru menggunakan satu jenis bahan ajar yang mendukung peningkatan  pembelajaran 
      Di dalam poin ini menurut hasil pengamatan penulis hanya dipakai oleh guru matematika dan fisika. Mereka menggunakan satu bahan pengajaran disebabkan materi matematika dan fisika tidak memerlukan banyak sumber.  Kalaupun bahan ajarnya banyak tidak akan banyak menambah pemahaman siswa di bidang ini, disisi lain banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran ini.
  1. Guru tidak menggunakan bahan yang mendukung peningkatan pembelajaran.
Untuk poin ke empat ini tidak di temui oleh penulis dalam obsrvasi maupun wawancara.

D.   Pengelompokan siswa
  1. Siswa/siswi dikelompokan secara fleksibel [tidak permanen] dan masing-masing siswa dalam setiap kelompok diberi peran.
      System pertama ini paling banyak ditemui oleh penulis, menurut hasil wawancara para guru berpendapat, dengan system ini agar para siswa tdak tergantung kepada satu orang saja dan masing-masing siswa diberikan peran untuk mempermudah pembagian job
  1. Siswa/siswi dikelompokan secara fleksibel [tidak permanen] dan peran setiap siswa dalam setiap kelompok tidak diberikan  atau ditetapkan.
  2. Siswa/siswi dikelompokan secara permanen dan tampa ada pembagian peran untuk masing-masing siswa dalam setiap kelompok.
  3.  Tidak ada pengelompokan.
      Adapun pada poin dua, tiga, dan empat penulis tidak menjumpai dalam observasi, dari hasil wawancarapun para guru berpendapat bahwa poin-poin tersebut tidak efektif.

E.  Kerja kelompok di kalangan
  1. Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah, pertanyaan dan melakukan kegiatan.
      System mendiskusikan masalah-masalah pelajaran masih sangat jarang terjadi di sekolah madrasah itu, apalagi ditindak lanjuti dengan aplikasi dengan memunculkan berbagai kegiatan,  dalam hal ini belum ada. 
  1. Ada kelompok kerja dan interaksi antar anggota kelompok masih terbatas.
  2. Hanya seorang atau dua orang dalam sebuah kelompok  yang berinterkasi.
  3. Mereka berada dalam kelompok namun masing-masing anggota kerja sendiri-sendiri.
Poin dua, tiga dan empat, tidak ditemukan sama sekali antar kelompok siswa mengadakan kelompok kerja.

F.  Kegiatan yang dilaksanakan untuk mengembangkan sikap kritis dan  kreativias siswa
  1. Para siswa/siswi  terlibat dalam diskusi dan pemecahanan masalah dan atau berkreasi.
      Tidak ditemukan
  1. Para siswa/siswi hanya dilibatkan dalam rembug gagasan.
      Tidak ditemukan
  1. Para siswa/siswi terlibat dalam kegiatan yang telah dirancang oleh guru.
      Untuk kegiatan yang dirancang oleh guru banyak siswa yang ikut andil di dalamnya, sejauh pengamatan penulis dan hasil wawancara dengan para siwa-siswi meraka melaksanakan kegiatan yang dirancang oleh guru  didasari rasa takut,sebabjika tidak mengikuti kegiatan yangdirancang oleh guru mereka akanterkena sangsi.  Akan tetapi ada beberapa siswa yang melaksanakan kegiatan hasil rancangan guru tersebut berdasarkan rasa ingin tahu dan penuh kesadaran tentang perlunya melaksanakan hal tersebut sebagai latihan dasar disekolah.
  1. Guru memberi ceramah, siswa/siswi mendengarkan.
      Poin ini sejauh pengamatan penulis terdapat pada guru al-Qur’an Hadis,Aqidah Akhlaq dan sejarah.

G. Keterampilan bertanya
  1. Guru menyampaikan bermacam-macam pertanyaan  dengan bentuk pertanyaan terbuka yang membimbing  pemahaman murid.
      Adapun poin pertama ini sangat jarang terjadi di kelas MTS dan MA, akan tetapi setelah mewawancarai salah satu guru dia perpendapat bahwa dengan poin pertama ini  supaya murid lebih memahami apa yang akan ditanyakan sehingga dari pertanyaan tersebut lebih gampang diingat murid.
  1. Guru mengajukan pertanyaan tertutup dan satu atau dua pertanyaan terbuka.
      Tidak ditemukan
  1. Guru mengulang-ngulang pertanyaan sederhana atau pertanyaan tertutup.  
      Pada metode ini cukup banyak ditemukan dikelas-kelas, baik kelas MTS maupun MA.
  1. Guru tidak mengajukan pertanyaan.
      Tidak ditemukan
  1. Murid mengungkapkan pertanyaan 
      Sangat sedikit di temukan dikelas-kelas, kalaupun ada yang bertanya hanya terbatas siswa yang memang vocal
  1. Murid mengajukan pertanyaan dengan smart [kritis] tampa dorongan guru.
      Tidak ditemukan
  1. Murid mengajukan pertanyaan yang smart [kritis] dengan dorongan guru.
      Tidak ditemukan
  1. Murid hanya mengajukan pertanyaan sederhana.
      Banyak ditemukan dikelas-kelas khususnya kelas MA, menurut pengamatan penulis pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan sama sekali tidak berbobot, hanya sekedar melaksanakan tekanan guru yang menyuruh siswa supaya bertanya tentang materi yang disampaikan
  1. Murid tidak mengajukan pertanyaan.
Hal ini sering terjadi, apalagi pengampu mata pelajaran itu di dalam menyampaikan materinya sangat membosankan dan monoton

H.  Guru memberi umpan balik kepada siswa/siswi :
  1. Guru memberi umpan balik kepada murid  terhadap jawaban  yang betul dan salah yang memotivasi siswa/siswi untuk melakukan kegiatan lebih lanjut.
      Ada beberapa guru yang menggunakan metode ini, menurut hasil wawancara dengan beberapa guru mereka berpendapat bahwa dengan metode  ini, selain untuk melatih rasa PD pada diri murid hal ini juga dapat mempermudah guru untuk mengingat murid yang aktif saa belajar.
  1. Guru hanya memberi umpan balik kepada siswa/siswi terhadap jawaban yang salah yang mendorong murid untuk melakukan kegiatan lebih lanjut.
  2. Guru hanya memberi umpan balik kepada murid terhadap jawaban yang benar.
  3. Guru tidak memberi umpan balik/memberi umpan balik yang menjatuhkan murid [discourage].
      Untuk Poin dua,tiga dan empat tidak ditemukan

I.  Tentang Bahasa
1.      Guru menyampaikan contoh bahasa yang betul kepada siswa/siswi   untuk memperbaiki [pelajaran bahasa dan bahasa asing].
      Poin ini terbatas pada bahasa local (Indonesia) terjadinya, untuk kelas materi bahasa asing tidak terjadi bahkan guru-guru yang memangku mata pelajaran bahasa asing di dalam memberikan materinya menggunaka bahasa Indonesia.  Dalamhal ini penulis tidak berani menanyakan hal itu, dikawatikan menyinggung guruyang bersangkutan.
2.      Guru mengintegrasikan bahasa Inggris dengan bahasa Indonesia  secara konsisen
      Tidakditemukan
3.      Guru hanya menggunakan bahasa isyarat  ketika kebanyakan muridnya tidak faham.
      Tidak ditemukan
4.      Guru bercakap dengan bahasa Inggris walaupun murid tidak memahami
                  Tidak ditemukan
5.      Tidak memperbolehkan penggunaan bahasa Indonesia di wilayah setempat.
Tidak ditemukan kecualidi wilayah pondok
6.      Guru hanya menggunakan bahasa Indonesia (local) sebagai pengantar pelajaran
      Guru secara keseluruhan memakai poin ini, kadang ada guru yang menngunakan bahasa Asing (Arab)itupun pimpinan pondok pesantren.

J.  Peran
  1. Guru memberi kesempatan kepada seluruh siswa/siswi untuk berpartisipasi.
      Setelah mewawancarai beberapa guru, mereka sangat mengharapkan kepada para siswa-siswi selalu ikut berpartisipasi pada setiap kegiatan dan kesempatan.  Akan tetapi menurut para dewan pengajar ini hanya beberapa siswa yang berpartisipasi.
  1. Guru tidak memberi kesempatan kepada seluruh siswa/siswi untuk berpartisipasi di dalam kelas
Tidak ditemukan
  1. Siswa dan siswi memperoleh kesempatan yang sama untuk mengambil peran.
      Hal ini sangat diharapkan para guru sebagaimana sudah disinggung di poin pertama. Akan tetapi para siswa tetap pakem.
  1. Hanya murid siswa atau siswi saya (kesayangan) yang diberi kesempatan untuk mengambil peran.
      Sering terjadi, sebab menurut beberapa pengajar diharapkan bisa memancing teman-teman yang lain supaya selalu aktif di kelas
  1. Seluruh siswa atau siswi tidak diberi kesempatan untuk ambil peran.
Tidak ditemukan

K.  Jelaskan/Uraikan temuan yang spesifik diperoleh dari kelas :
1.      Murid aktif di dalam kelas haya beberapa orangsaja, terutama di dalam diskusi kelompok.  Siswa yang bertanya hanya itu-itu saja
2.      Kurangnya rasa percaya diri murid untuk bertanya karena mereka berfikir kalau banyak bertanya takut pertanyaanya salah atau dianggap bodoh
3.      Ada saja murid yang mengobrol ketika guru sedang menerangkan didepan kelas
4.      Ada juga yang hanya memainkan Hp. ketika KBM sedang berlangsung tanpa sepengetahuan guru.

L.  Tinjauan Umum
1.      Apa yang dilakukan selama ini jika Anda absen (tidak bisa masuk kelas)?
a.       Guru lain menggantikan mengajar kelas saya ………hari
b.      Guru lain merangkap mengajar kelas saya dan kelasnya sendiri ………hari
c.       Kepala Sekolah menggantikan mengajar kelas saya ………hari
d.      Tidak ada pelajaran atau diganti pelajaran lain ………hari
e.       Alasan Pemecahan lain:………….. ………hari
                  Dalam menyelesaikan permasalahan guru yang tidak masuk disebabkan oleh alasan-alasan tertentu, hasil wawancara mengambarkan bahwa poin yang dipakai adalah a dan e.  Terjadinya pelaksanaan poin a merupakan salah satu kebijakan kepala sekolah pada madrasah tersebut baik di tingkat MTS maupun MA. Adapun pelaksanaan poin e itu alternative guru yang bersangkutan, walaupun ada beberapa guru yang mengatakan ini juga merupakan kebijakan dari kepala sekolah.
2.      Tulislah di daftar nama siswa, siapa saja yang absen, dan berapa banyak absensinya sampai saat ini?
3.      Bagaimana Anda mencatat anbsensi siswa ?
a.       Mencatat secara harian, mingguan dan bulanan di papan absensi
b.      Mencatat di buku absensi
c.       Cara lain:……………………….……..
            Rata-rata para guru menggunakan poin b sebab menurut mereka itu sudah lazim dilaksanakan dari dahulu, menurut mereka pula bahwa absensi tidak mempengarui proses belajar mengajar di sekolah, jadi tidak perlu dipermasalahkan.
4.      Apa yang anda lakukan jika seorang siswa absen ?
a.       Keluarganya dikirimi surat setelah ………..…….hari
b.      Keluarganya ditelpon / SMS setelah…………….hari
c.       Keluarganya dikunjungi setelah ……………..….hari
d.      Cara lain :………………… setelah …………….hari
            Dari hasil wawancara dengan beberapa guru madrasah, mereka pernah melaksanakan poin-poin diatas, sebab jika seorang siswa absen tentu akan mempengarui terhdap guru di dalam mengejar secara psikologi.  Keabsenan siswa membuat beberapa guru resah dan kawatir, jangan-jangan ketidak hadiran siswa-siswi itu disebabkan oleh sikapguru, atau mungkin siswa tersebut menghadapi permasalahan dan perlu solusi dan masih banyak pertanyaan-pertanyaan  dalam benak guru apabila siswa tidak masuk, sebab akan berakibat buruk  pada prestasi siswa.
5.      Bagaimana cara Anda mengumpulkan informasi tentang hasil belajar siswa antar Semester?.....................
a.       Tidak / Ya ; Mengumpulkan data tentang siswa pada awal tahun ajaran
b.      Tidak / Ya ; Mengecek pekerjaan siswa
c.       Tidak / Ya ; Memberi tes yang saya buat sendiri
d.      Tidak / Ya ; Memberi tes yang dibuat oleh tim sekolah
e.       Tidak / Ya ; Memberi tes yang diambil dari buku pelajaran yang dipakai
            Adapun menyikapi poin di atas para guru pernah melaksanakan, sebab denganmetode pengumpulaninformasi diatas bisa menambah kecakapan guru itu sendiri di dalam mengajar di kelas dan akan menambah wawasan guru seputar sejauh mana siswa memahami materi yang disampaikan oleh seorang guru.
6.      Saya gunakan informasi kemajuan siswa untuk :
a.       Tidak / Ya   ; Mengubah cara mengajar saya
b.      Tidak / Ya   ; Membantu siswa yang memerlukan bantuan
c.       Tidak / Ya   ; Memberi tugas tambahan bagi siswa yang lemah
d.      Tidak / Ya   ; Menjadi dasar dalam merencanakan pengajaran
e.       Tidak / Ya   ; Menyesuaikan kurikulum dan metode mengajar
f.        Tidak / Ya ;Mengecek apakah keterampilan mengajar saya sudah cukup atau belum
Dari beberapa poin di atas dari hasil kuisioner yang disebar rata-rata guru memilih poin a dan f, akan tetapi ada beberapa guru yang memilih seluruh poin itu.  Hasil wawancara selanjutnya para guru akan mempertimbangkan poin-poin tersebut untuk meningkatkan mutu dan kompetensi murid di dalam belajar dan juga bisa meningkatkan kompetensi guru di dalam mengajar. Untuk poin c beberapa guru menambahkan bahwa pengertian menambah tugas bagi siswa yang lemah disini dengan memberi tugas resume-resume buku, supaya mereka biar lebih sering membaca buku dan menulis sesuai dengan kemampuan mereka.  Dengansering membaca dan menulis para siswa yang lemah lambat laun akan berubah untuk bisa bersaing dengan para siswa yang lain di sekolah.
7.      Apakah Anda bekerjasama dengan guru lain dalam membuat perencanaan pekerjaan kelas?
a.       Tidak
b.      Ya, …………..kali dalam tahun ajaran ini
      Dari beberapa guru yang ada secara prosentasi, yang memilih “tidak” sekitar 70 %, mereka dengan beralasan bahwa perencanaan setiap guru tidak perlu melibatkan guru lain sebab job description masing-masing guru berbeda, tentu motode-motode setiap guru tidak sama yang penting poin yang dihasilkan cukup baik.   Adapun dewan guru yang memilih “ya” sekitar 30 %, mereka beralasan dengan banyak bekerjasama dengan guru-guru lain akan menambah informasi seorang guru dalam membuat perencanaan mengajar di kelas, sebab dengan perencanaan mengajar yang baik akan sangat membantu dalam menyampaikan materi pada siswa, sehingga materi-materi yang disampaikan oleh guru diharapkan bisa dipahami oleh siswa-siswi.
8.      Berapa kali Anda membicarakan pelajaran dengan:
a.       Tutor ……...kali
b.      Kepala Sekolah ……...kali
c.       Pemandu Bidang Studi ……...kali
d.      Penilik ……...kali
            Madrasah tempat observasi penulis walaupun ada tutor secara tertulis akantetapi tidak berfungsi, hal ini dikuatkan oleh beberapa informasi dari para guru.  Pembicaraan dengan kepala sekolah, hampir seluruh  guru melakukannya.  Untuk pembicaraan dengan pemandu bidang studi dan penilik tidak kami temukan di madrasah tersebut, menurut informasi yang kami dapat dari beberapa guru, pemandu bidang studi dan penilik madrasah secara personal tidak ada, adapun jika penilik dari pusat hanya berbicara dengan kepala sekolah.
9.      Apa topik utama yang dibicarakan dengan tutor ? 
            Di sekolah tersebut keberadaan tutor tidak difungsikansebagaimana mestinya.
10.  Apa topik uatama yang dibicarakan dengan guru pemandu bidang studi?
            Di madrasah tempat observasi penulis tidak ada guru pemandu bidang studi
11.  Apa topik uatama yang dibicarakan dengan penilik?
            Tidak pernah terjadi pembicaraan guru dengan penilik
12.  Apa topik uatama yang dibicarakan dengan Kepala Sekolah ?
            Dari hasil waancara dengan para guru mereka mengatakan bahwa, pembicaraan dengan kepala sekolah seputar, laporan guru terhadap kepala tentang prestasi siswa, kejanggalan akhlaq siswa, pengembangan umum materi dan evaluasi umum, dan perencanaan menghadapi semesteran.
13.  Diantara mereka ini, dari siapa Anda paling banyak belajar? (Anda boleh memilih lebih dari satu)
a.       Tutor
b.      Guru Pemandu
c.       Penilik
d.      kepala Sekolah
            Di madrasah tersebut hanya ada kepala sekolah, sebagaimana sudah di singung di atas.
14.  Tolong jelaskan alasan Anda, mengapa Anda paling banyak belajar dari dia ?
            Menurut para guru, mereka berbicara dengan kepala sekolah sebab yang ada hanya kepala sekolah, ada juga yang perpendapat bahwa kepala sekolah lebih banyak pengalaman danada juga yang mengatakan bahwa kepala sekolah lebih menguasai materi, untuk hal ini penulis kurang setuju.

15.  Pernahkah anda mempelajari hal-hal berikut dari bimbingan mereka? 
a.       Pernah / Tidak; Tentang cara mengaktifkan siswa
b.      Pernah / Tidak; Cara mengembangkan rencana pelajaran
c.       Pernah / Tidak; Cara bertanya kepada individu siswa
d.      Pernah / Tidak; Cara mengevaluasi pelajaran guru lain
e.       Pernah / Tidak; Cara mengevaluasi pelajaran saya sendiri
f.        Pernah / Tidak; Cara membuat alat bantu mengajar
g.       Pernah / Tidak; Cara menggunakan alat bantu mengajar
h.       Pernah / Tidak; Cara membuat tugas untuk praktek siswa
i.         Pernah / Tidak; Cara  mengelompokkan siswa
j.        Pernah / Tidak; Tentang pengelolaan kelas
k.      Pernah / Tidak; Cara memotivasi siswa
l.         Pernah / Tidak; Cara memulai pelajaran
m.     Pernah / Tidak; Cara menggunakan pelbagai metode mengajar
n.       Pernah / Tidak; Cara menggunakan buku dalam pelajaran
o.      Pernah / Tidak; Cara mengetes siswa
p.      Pernah / Tidak; Cara mengorganisasi muatan lokal
            Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa yang berperandalampengembangan di madrasah hanya kepala sekolah sebab yang ada hanya hal itu.  Terlepas dariketerbatasa kepala sekolah yang hanya mengantongi ijazah Sarjanastrata satu (S1) dan yang  berkonsentrasi dibidang da’wah, tentu sangat mustahil membicarakan poin-poin diatas secara menyeluruh dan terperinci.  Akan tetapi menurut penuturan guru-guru lama seperti penulis sendiri (mantan guru madraah tempat observasi), pembicaraan tersebut pernah terjadi akan tetapi terasa ngambang dipermukaan saja dan tidak ada tindak lanjutnya.

16.  Menurut Anda, perlukan diadakan perubahan praktek pendidikan di sekolah-sekolah ?
a.       Tidak
b.      Ya
            Seluruh komponen guru-guru mengatakan ya, alas an mereka sebab dengan adanya era baru globalisasi setiap guru dituntut memiliki kompetensi dalam berkompetisi masa era modern saat ini.  Jika seorang guru tidak memiliki niat mengadakan perubahan supaya lebih baik, maka seorang guru akan tertinggal jauh dan akan merasa minder.

17.  Aspek yang mana dari praktek pendidikan berikut yang perlu diubah ? Saya menginginkan
a.       Bekerjasama lebih banyak dengan guru-guru lain
b.      Berinteraksi lebih sering dengan para siswa
c.       Merangsang siswa untuk belajar lebih efektif
d.      Melibatkan lebih banyak orang tua di sekolah
e.       Menerapkan starter experiment approach
f.        Membuat siswa saling bekerjasama lebih banyak
g.       Meningkatkan prestasi belajar siswa
h.       Membantu siswa yang lemah lebih banyak
i.         Menekan absensi dan tingkat drop out siswa
j.        Mengevaluasi dan mendiagnosis hasil belajar siswa



Seluruh komponen poin-poin di atas di iyakan oleh para guru, sebab menurut mereka poin-poindi di atas merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan kompetensi guru yang berefek positif terhadap siswa yang saat ini dihadapkan persaingan yang cukup global dan universal.
Demikian hasil observasi melalui kuisioner, wawancara dan pengamatan. dari beberapa dewan guru dan tanggapan pada siswa-siswi di madrasah Nurul Falah di Kabupaten Lebak Propinsi Banten.

M.  Tinjauan observasi
            Dari konsep-konsep strategi yang telah dipaparkan di atas yang selanjutnya melangkah pada observasi, menurut pengamatan penulis, bahwa ada beberapa hal yang perlu di beri catatan-catatan. Di antaranya :
1.      Dalam mengidentifikasi tingkah laku siswa cukup ada perhatian
2.      Pemilihan terhadap sistem pendekatan pembelajaran masih miskinpandanganhidup masyarakat,masih terkesan otoriter
3.      Para guru kurang efektif dalam memilih prosedur metode dan teknik  pembelajaran, akan tetapi ada beberapa guru yang cukup kompetitif
4.      Dalam menerapkan evaluasi hasil belajar kurangsempurna

Adapun menyikapi klasifikasi strategi mengajar, para guru menurut penulis adalah :
1.      Konsep dasar strategmengajar masih sangat tradisional (konsep ceramah)
2.      Sasaran kegiatan mengajar masihbanyak yang tidak sesuaidengan agenda
3.      Sistem belajar masih dipengaruhi oleh peraturan kepala
4.      Pola belajar siswa masih kurang sesuai dengan system KBK dan KTSP
5.      Tidak ada pilihan system yang patut dicontoh
6.      Pengelolaan kelompok belajar masih kurang produktif
Selanjutnya MTS dan MA apabila ditinjau dari aspek globalnya, memiliki beberapa catatan,  di antaranya:

1.      Sekolah Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah merupakan satu lembaga pendidikan Islam yang cukup strategis dari aspek lokasinya, yaitu masih di wilayah kota Lebak, lebih memungkinkan untuk mengembangkannya dari seluruh aspek
2.      Semua perencanaan pembelajaran dan pelatihan sudah tersedia, akan tetapi masih pada tataran konsep, tidak ada tidak lanjutnya
3.      Dari aspek pengawasan terhadap para dewan guru cukup signifikan, akan tetapi hanya kepala sekolah yang mengawasi pada pengajar, tidak adanya tutor dan penilik yang ikut mengawasi.  Sehingga kepala sekolah menurut para guru sebagai orang yang paling tahu segala-galanya dari seluruh aspek pendidikan
4.      MTS dan MA telah didukung tenaga pengajar yang lumayan memadai dari aspek ijazah, akan tetapi kurang memiliki kompetensi, yang rinciannya sebagai berikut :
b.      Kurang memahami metode mengajar
c.       Kurang memiliki alat peraga 
d.      Belum ada laboratorium, sehingga setiapteori pendidikan tidak bisa dilanjutkan kea rah pengembangan
e.       Tidak didukung dengan bahan bacaan  yang memadai (perpustakaan)
f.        Tidak adanya sumber bacaan yang lain, seperti buku umum dan internet
g.       Tidak menggunakan bahasa asing pada pengantar pelajaran khusunya pelajaran bahasa asing (Arab dan English)
h.       Beberapa guru masih kurang kompeten di dalam jobnya sendiri
i.         Tidak adanya kerjasama guru di dalam mempersiapkan perencanaan pembelajaran
j.        Terpaku pada buku pedoman yang telah ditentukan oleh lembaga
k.      Para guru kurang mengawasi para siswa,sehinnga masih banyak yang kurang berprestasi
l.         Para guru kurang berminat didalam pengembangan materi pelajaran, seperti lebih banyak membaca bacaan umum mengadakan pelatihan-pelatihan, diskusi tentang pelajaran, dan kurang aktif dengan para siswa
m.     Minimnya kesadaran untuk memahami kompetensi siswa
n.       Masih  banyak terpengaruh  pada sistem yang yang ada di lembaga, terbukti mereka hanya terpaku pada petuah kepala sekolah
o.      Konsep strategi guru yang kurang terkonsep secara sisematis
p.      Tingkat pengawasan dan pengarahan yang guru kepada murid kurang kondusif  dariaspek pembelajaran,akan tetapi apabila ditinjau dari aspek norma danakhlak cukup baik
q.      Belum adanya karya nyata dan seminar yang direncanakan oleh guru untuk menindak lanjuti tataran teori di kelas
Demikian tinjauan secara umum serta beberapa catatan dalam tataran konsep, untuk memperbaiki  beberapa system dan metode madrasah yang kurang terkonsep secara matang.  Beberapa catatan yang penulis buat merupakan tinjauan secara yang sifatnya subyektif.




[1] Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2, h. 1
[2] Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2, h. 3
[3] Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2, h. 4
[4] Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Bina Aksara, 1991, Cet., ke-3, h. 21
[5] Lihat, Ramalis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2002, Cet., ke-6, h. 242-245
[6] Suharsimi Arikunto, Penggelolaan Kelas dan Siswa ; Sebuah Pendekatan Evaluati, Jakarta : Bina Aksara, 1998, Cet., ke-II, h.21
[7] Bandingkan, Ramalis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2002, Cet., ke-6, h. 184-188
[8] Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2, h.9
[9] Selanjutnya lihat; Omar Mohammad al-Taumy al-Syaibany, Falsafah at-Tarbiyyah Islamiyyah, (terjemah), Jakarta : Bulan Bintang, 1979, h.585
[10] Lihat, H.Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan ; Kompetensi Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar, Semarang : Dina Utama, 1996
[11] Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2, h. 35
[12] Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar, Jakarta : Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2, h. 35
[13] Lebihlanjut lihat; Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rinka Cipta, 1998, Cet., h.229-235
[14] Diadopsi dari Chesterfield, Ray, Classroom Observation Tools:  Improving Educational Quality Project. AS: USAID

No comments:

Post a Comment

Setiap Mencopy artikel mohon meninggalkan pesan yang membagun