A. Pendahuluan
Belajar mengajar adalah suatu
kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi
antara guru dengan anak didik. Interaksi yang bernilai edukatif dikarenakan
kegiatan belajar mengajar yang dilakukan, diarahkan untuk mencapai tujuan
tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan. Guru dengan sadar
merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan memanfaatkan
segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Harapan yang tidak pernah sirna dan selalu guru
tuntut adalah, bagaimana bahan pelajaran yang disampaikan guru dapat dikuasai
oleh anak didik secara tuntas. Ini merupakan masalah yang cukup sulit yang
dirasakan oleh guru. Kesulitan itu dikarenakan anak didik bukan hanya sebagai
individu dengan segala keunikannya, tetapi merekajuga sebagai makhluk sosial
dengan latar belakang yang berlainan. Paling sedikit ada tiga aspek yang
membedakan anak didik yang satu dengan yang lainnya, yaitu aspek intelektual,
psikologis, dan biologis.[1]
Ketiga aspek tersebut diakui sebagai akar
permasalahan yang melahirkan bervariasinya sikap dan tingkah laku anak didik di
sekolah. Hal itu pula yang menjadi tugas yang cukup berat bagi guru dalam mengelola kelas dengan baik.
Keluhan-keluhan guru sering terlontar hanya karena masalah sukamya mengelola
kelas. Akibat kegagalan guru mengelola kelas, tujuan pengajaran pun sukar untuk
dicapai. Hal ini kiranya tidak perlu terjadi, karena usaha yang dapat dilakukan
masih terbuka lebar. Salah satu caranya adalah dengan meminimalkan jumlah anak
didik di kelas. Mengaplikasikan beberapa prinsip pengelolaan kelas adalah upaya
lain yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Pendekatan terpilih mutlak
dilakukan guna mendukung pengelolaan kelas.
Pengelolaan kelas yang baik akan melahirkan
interaksi belajar mengajar yang baik pula. Tujuan pembelajaran pun dapat
dicapai tanpa menemukan kendala yang berarti. Hanya sayangnya pengelolaan kelas
yang baik tidak selamanya dapat dipertahankan, disebabkan pada kondisi tertentu
ada gangguan yang tidak dikehendaki datang dengan tiba-tiba. Suatu gangguan
yang datang dengan tiba-tiba dan di luar kemampuan guru adalah kendala
spontanitas dalam pengelolaan kelas. Dengan hadimya kendala spontanitas suasana
kelas biasanya terganggu yang ditandai dengan pecahnya konsentrasi anak didik.
Setelah peristiwa itu, tugas guru adalah bagaimana supaya anak didik kembali
belajar dengan memperhatikan tugas belajar yang diberikan oleh guru.
Masalah pengelolaan kelas memang
masalah yang tidak pemah absen dari agenda kegiatan guru. Semua itu tidak lain
guna kepentingan belajar anak didik. Masalah lain yang juga selalu guru gunakan
adalah masalah pendekatan. Hampir tidak pemah ditemukan dalam suatu pertemuan,
seorang guru tidak melakukan pendekatan tertentu terhadap semua anak didik.
Karena disadari bahwa pendekatan dapat mempengaruhi hasil kegiatan belajar
mengajar. Bila begitu akibat yang dihasilkan dari penggunaan suatu pendekatan,
maka guru tidak sembarangan memilih dan menggunakannya. Bahan pelajaran yang
satu mungkin cocok untuk suatu pendekatan tertentu, tetapi untuk pelajaran yang
lain lebih pas digunakan pendekatan yang lain. Maka adalah penting mengenal
suatu bahan untuk kepentingan pemilihan pendekatan.
Media sumber belajar adalah alat bantu yang
berguna dalam kegiatan belajar inengajar. Alat bantu dapat mewakili sesuatu
yang tidak dapat disampaikan guru viu kata-kata atau kalimat.
Keefektifan daya serap anak didik terhadap bahan pelajaran yang sulit dan rumit
dapat terjadi dengan bantuan alat bantu. Kesulitan anak didik memahami konsep
dan prinsip tertentu dapat diatasi dengan bantuan alat bantu. Bahkan alat bantu
diakui dapat melahirkan umpan balik yang baik dari anak didik. Dengan
memanfaatkan taktik alat bantu yang akseptabel, guru dapat mengairahkan belajar
anak didik.
Pengembangan variasi mengajar yang dilakukan
oleh guru pun salah satunya adalah dengan memanfaatkan variasi alat bantu, baik
dalam hal ini variasi media pandang, variasi media dengar, maupun variasi
media taklil. Dalam pengembangan variasi mengajar tentu saja tidak
sembarangan, tetapi ada tujuan yang hendak dicapai, yaitu meningkatkan dan
memelihara perhatian anak didik terhadap relevansi proses belajar mengajar,
memberikan kesempatan kemungkinan berfungsinya motivasi, membentuk sikap
positif terhadap guru dan sekolah, memberi kemungkinan pilihan dan fasilitas
belajar individual, dan mendorong anak didik untuk belajar.[2]
Metode mempunyai andil yang cukup besar dalam
kegiatan belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan dapat dimiliki anak didik,
akan ditentukan oleh kerelevansian penggunaan suatu metode yang sesuai dengan
tujuan. Itu berarti tujuan pembelajaran akan dapat dicapai dengan penggunaan
metode yang tepat, sesuai dengan standar keberhasilan yang terpatri di dalam
suatu tujuan.. Metode yang dapat dipergunakan dalam kegiatan belajar mengajar
bermacam-macam. Penggunaannya tergantung dari rumusan tujuan. Dalam mengajar,
jarang ditemukan guru menggunakan satu metode, tetapi kombinasi dari dua atau
beberapa macam metode. Penggunaan metode gabungan dimaksudkan untuk
menggairahkan belajar anak didik. Dengan bergairahnya belajar, anak didik tidak
sukar untuk mencapai tujuan pengajaran. Karena bukan guru yang memaksakan anak
didik untuk mencapai tujuan, tetapi anak didiklah dengan sadar untuk mencapai
tujuan.
Dengan tercapainya tujuan pembelajaran, maka
dapat dikatakan bahwa guru telah berhasil dalam mengajar. Keberhasilan kegiatan
belajar mengajar tentu saja diketahui setelah diadakan evaluasi dengan
seperangkat item soal yang sesuai dengan rumusan beberapa tujuan pembelajaran.
Sejauh mana tingkat keberhasilan belajar mengajar, dapat dilihat dari daya
serap anak didik dan persentase keberhasilan anak didik dalam mencapai Tujuan
Pembelajaran Khusus (TPU). Jika hanya tujuh puluh lima persen atau lebih dari jumlah anak didik
yang mengikuti proses belajar mengajar mencapai taraf keberhasilan kurang (di
bawah taraf minimal), maka proses belajar mengajar berikutnya hendaknya
bersifat perbaikan (remedial).[3]
Demikianlah garis besar uraian secara umum, untuk melangkah kearah
pemaparan konsep-konsep pendidikan sebagai frem, yang selanjutnya mengarah pada
riset madrasah yang ditinjau dari aspek strategi guru di dalam mengajar di
madrasah dengan menggunakan penelitian yang menekanannya pada observasi,
kuisioner dan wawancara.
B. Konsep Strategi
Belajar Mengajar
Secara umum strategi mempunyai pengertian suatu
garis-guris besar haluan untuk bertindak dalam usaha mencapai sasaran yang
telah ditentukan. Dihubungkan dengan belajar mengajar, strategi bisa diartikan
sebagai pola-pola umum kegiatan guru-anak didik dalam perwujudan kegiatan
belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah digariskan.
Ada empat strategi dasar dalam belajar mengajar yang meliputi
hal-hal berikut :[4]
1.
Mengidentifikasi
serta menetapkan spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku dan
kepribadian anak didik sebagaimana yang diharapkan.
2.
Memilih
sistem pendekatan belajar mengajar berda-sarkan aspirasi dan pandangan hidup
masyarakat.
3.
Memilih
dan menetapkan prosedur, metode, dan teknik belajar mengajar yang dianggap
paling tepat dan efektif sehingga dapat dijadikan pegangan oleh guru dalam
menunaikan kegiatan mengajamya.
4.
Menetapkan
norma-norma dan batas minimal keber-hasilan atau kriteria serta standar
keberhasilan sehingga dapat dijadikan pedoman oleh guru dalam melakukan
evaluasi hasil kegiatan belajar mengajar yang selanjutnya akan dijadikan
umpanbalik buat penyem-purnaan sistem instruksional yang bersangkutan secara
keseluruhan.
Empat masalah dari uraian di
atas menggambarkan bahwa ada pokok penting yang dapat dan harus dijadikan
pedoman untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar agar berhasil sesuai dengan
yang diharapkan di setiap sekolah.
C. Klasifikasi
Strategi Belajar Mengajar
Menurut Tubrani Rusyan dkk, terdapat
berbagai masalah sehubungan dengan strategi belajar mengajar yang secara
keseluruhan diklasifikasikan seperti berikut :[5]
1.
Konsep
dasar strategi belajar mengajar
2.
Sasaran
kegiatan belajar
3.
Belajar
mengajar sebagai suatu system
4.
Hakikat
proses belajar.
5.
Entering
behavior siswa
6.
Pola-pola
belajar siswa
7.
Memilih
sistem belajar mengajar
8.
Pengorganisasian
kelompok belajar
9.
Pengelolaan
atau implementasi proses belajar mengajar.
Dalam upaya pelaksanaan kegiatan perbaikan,
Suharsimi Arikunto juga mengemukakan konsepnya. Keampuhan peranan berbagai
metode diusulkan dalam hal ini. Menurutnya, jika ditinjau dari jenis metode,
banyaknya metode yang sudah dikenal dapat digunakan untuk mengajar. Metode
tersebut antara lain:[6]
1.
Metode
pemberian tugas dan resitasi, yaitu melaksanakan tugas yang diberikan oleh guru
dan melaporkan hasilnya.
2.
Metode
diskusi.
3.
Metode
pendekatan proses (proses approach).
4.
Metode
penemuan (inquiry approach).
5.
Metode
kerja kelompok.
6.
Metode
eksperimen.
7.
Metode Tanya
jawab, dan metode lain serta gabungan dari metode tersebut.
Kita tahu bahwa masing-masing metode tersebut
mempunyai kebaikan dan kelemahan,[7]
serta mempunyai daya cocok yang berbeda bagi masing-masing siswa. Itulah
sebabnya guru sudah memilih sesuatu metode yang paling baik menurut
perkiraannya, akan tetapi mungkin tidak cocok bagi beberapa orang tua atau
seorang siswa. Dengan demikian maka sebagai pelaksana program perbaikan guru
seyogyanya memilih metode mengajar yang lebih sesuai bagi siswa.
D. Konsep Dasar Strategi
Belajar Mengajar
Seperti telah diuraikan pada pembahasan
sebelumnya, bahwa konsep dasar strategi belajar mengajar ini meliputi hal-hal: [8]
1.
Menetapkan
spesifikasi dan kualifikasi perubahan tingkah laku
2.
Menentukan
pilihan berkenaan dengan pendekatan terhadap masalah belajar mengajar
3.
Memilih
prosedur, metode dan teknik belajar mengajar
4.
Menerapkan
norma dan kriteria keberhasilan kegiatan belajar mengajar.
Berbagai persoalan yang biasa dihadapi oleh guru antara
lain adalah :
a.
Tujuan-tujuan
apa yang mau dicapai
b.
Materi
pelajaran apa yang diperlukan
c.
Metode,
alat mana yang harus dipakai
d.
Prosedur
apa yang akan ditempuh untuk melakukan evaluasi.
Secara khusus dalam proses belajar
mengajar guru berperan sebagai pengajar, pembimbing, perantara sekolah dengan
masyarakat, administrator, dan lain-lain, Untuk itu wajar bila guru memahami
dengan segenap aspek pribadi anak didik, seperti : Kecerdasan dan bakat khusus, prestasi sejak
permulaan sekolah, perkembangan jasmani dan kesehatannya, kecenderungan emosi
dan karaktemya, sikap dan minat belajar, cita-cita, kebiasaan belajar dan
bekerja, hobi dan penggunaan waktu senggang, hubungan sosial di sekolah dan di rumah,
latar belakang keluarga, lingkungan tempat tinggal, dan sifat-sifat khusus dan
kesulitan anak didik. Usaha untuk
memahami anak didik ini bisa dilakukan melalui evaluasi. Selain itu guru mempunyai
keharusan melaporkan perkembangan hasil belajar para siswa kepada kepala
sekolah, orang tua, dan instansi yang terkait.
D.
Implementasi Belajar Mengajar
Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari
lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar
kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan itu tiirut
menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang
baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar,
memberikan rasa aman dan kepuasan serta mencapai tujuan yang diharapkan.[9]
Salah satu faktor yang mendukung kondisi belajar di dalam suatu kelas adalah job
description proses belajar mengajar yang berisi serangkaian pengertian
peristiwa belajar yang dilakukan oleh kelompok-kelompok siswa.
Sehubungan dengan hal ini, job description
guru dalam implementasi proses belajar mengajar adalah :
1.
Perencanaan
instruksional, yaitu alat atau media untuk mengarahkan kegiatan-kegiatan
organisasi belajar.
2.
Organisasi
belajar yang merupakan usaha menciptakan wadah dan fasilitas-fasilitas atau
lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan yang mengandung kemungkinan
ter-ciptanya proses belajar mengajar.
3.
Menggerakkan
anak didik yang merupakan usaha meman-cing, membangkitkan, dan mengarahkan
motivasi belajar siswa. Penggerak atau motivasi di sini pada dasamya mempunyai
makna lebih daripada pemerintah, mengarahkan, mengaktualkan dan memimpin.
4.
Supervisi
dan pengawasan, yakni usaha mengawasi, menun-jang, membantu, menugaskan dan
mengarahkan kegiatan belajar mepgajar sesuai dengan perencanaan instruksional
yang telah didesain sebelumnya.
5.
Penelitian
yang lebih bersifat penafsiran (assessment) yang mengandung pengertian
yang lebih luas dibanding dengan pengukuran atau evaluasi pendidikan.
Berbagai upaya diusahakan untuk
menganalisis proses pengelolaan belajar mengajar ke dalam unsur-unsur
komponennya. Komponen-komponen tersebut meliputi :[10]
a.
Merencanakan,
yaitu mempelajari masa mendatang dan menyusun rencana kerja.
b.
Mengorganisasi,
yakni membuat organisasi, usaha, manajer, tenaga kerja dan bahan.
c.
Pengkoordinasikan,
yaitu menyatukan dan mengkorelasikan
d.
Mengawasi,
memeriksa agar segala sesuatu dikerjakan sesuai dengan peraturan yang
digariskan dan instruksi-instruksi yang diberikan.
Tahap-tahap pengeldaan dan
pelaksanaan proses belajar mengajar dapat diperinci sebagai berikut :
1. Perencanaan
a.
Menetapkan
apa yang mau dilakukan, kapan dan bagaimana cara melakukannya
b.
Membatasi
sasaran dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang maksimal
melalui proses penentuan target
c.
Mengambangkan
altematif-altematif
d.
Mengumpulkan
dan menganalisis informasi
e.
Mempersiapkan
dan mengkominikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan.[11]
2. Pengorganisasian
a.
Menyediakan
fasilitas, perlengkapan, dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menyusun
kerangka yang efisien dalam melaksanakan rencana-rencana melalui suatu proses
penetapan kerja yang diperlukan untuk menyelesaikannya
b.
Pengelompokkan
komponen kerja ke dalam struktur organisasi secara teratur;
c.
Membentuk
struktur wewenang dan mekanisme koordinasi
d.
Merumuskan,
menetapkan metode dan prosedur
e.
Memilih,
mengadakan latihan dan pendidikan tenaga kerja serta mencari sumber-sumber lain
yang diperlukan.[12]
3. Pengarahan
a.
Menyusun
kerangka waktu dan biaya secara terperinci;
b.
Memprakarsai
dan menampilkan kepemimpinan dalam melaksanakan rencana dan pengambilan
keputusan;
c.
Mengeluarkan
instruksi-instruksi yang spesifik;
d.
Membimbing,
memotivasi dan melakukan supervisi.
4. Pengawasan
a.
Mengevaluasi
pelaksanaan kegiatan, dibandingkan dengan rencana
b.
Melaporkan
penyimpangan untuk tindakan koreksi dan merumuskan tindakan koreksi, menyusun
standar-standar. dan saran-saran
c.
Menilai
pekerjaan dan melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan-penyimpangan.
Perlu diketahui bahwa proses belajar yang
bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa.
Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar tersebut.
Upaya yang dapat dilakukan guru antara lain:
a. Melalui
karyawisata
Guru membawa para siswa ke luar ruang kelas
untuk belajar. Bisa di lingkungan sekolah untuk mengenal situasi dan lingkungan
sekolah, bisajuga mengunjungi objek wisata yang ada sangkut pautnya dengan
materi pelajaran yang diberikan di sekolah. Dengan begitu pengetahuan dan
pemahaman para siswa bertambah berkat pengalamannya selama melakukan melakukan
karyawisata. Dalam prosesnya, karyawisata dilakukan dengan menghubungkan
konsepsi yang telah disampaikan di kelas dengan situasi yang ada pada objek
wisata, sehingga karyawisata itu benar-benar mengaktifkan para siswa.
b. Melalui diskusi / seminar
Hasil yang didapat para siswa dari karyawisata
perlu dilanjutkan dengan seminar atau diskusi, sehingga pengetahuan siswa
menjadi berkembang. Dengan dan melalui seminar atau diskusi, pengalaman para
anak didik akan terungkapkan dan aktifmemecahkan permasalahan yang tidak bisa
dipecahkan oleh anak didik secara individual.
Selanjutnya secara garis besar seorang guru harus menggunakan
pendekatan-pendekatan untuk meningkatkan kompetensi siswa-siswinya. Adapun pendekatan-pendekatan tersebut di
antara ; Pendekatan individual, pendekatan kelompok, pendekatan bervariasi, pendekatan
edukatif, pendekatan pengalaman, pendekatan pembiasaan,
pendekatan emosional, pendekatan rasional, pendekatan fungsional, dan pendekatan
keagamaan.
Demikian sekilas konsep pembahasan dan strategi
belajar mengajar, serta implementasi belajar mengajar, yang selanjutnya oleh
penulis dijadikan satu kerangka reset di salah satu sekolah madrasah MTS dan MA
di daerah Lebak Banten. Dalam memaparkan
riset ini penulis menggunakan observasi dengan metode kuesioner,
wawancara dan pengamatan langsung, baik antara guru-guru dan beberapa murid
madrasah.[13]
DAFTAR
PUSTAKA
H.Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan ; Kompetensi
Guru Sebagai Pendidik dan Pengajar, Semarang : Dina Utama, 1996
Omar Mohammad al-Taumy al-Syaibany, Falsafah
at-Tarbiyyah Islamiyyah, (terjemah), Jakarta : Bulan Bintang, 1979
Ramalis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2002, Cet.,
ke-6
Ray Chesterfield , Classroom Observation Tools:
Improving Educational Quality Project.
AS: USAID
Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Bina Aksara,
1991, Cet., ke-3
Suharsimi Arikunto, Penggelolaan Kelas dan Siswa ; Sebuah
Pendekatan Evaluasi, Jakarta
: Bina Aksara, 1998, Cet., ke-II
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi
Belajar Mengajar, Jakarta
: Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2
KUESIONER
DAN KARAKTERISTIK GURU
INSTRUMEN
OBSERVASI KELAS BELAJAR MENGAJAR[14]
A.
Pengunaan berbagai metoda
pembelajaran:
- Guru menggunakan lebih dari dua jenis metode pembelajaran dan seluruh murid terlibat aktif dalam pembelajaran.
Dalam hal ini
tidak semua guru menggunakan poin ini hanya kuang lebih 30 % yang
menggunakannya, baik yang di MTS dan MA, menurut mereka semakin banyak metode
akan semakin mempermudah menyampaikan materi, sebab tidak semua siswa dalam
menerima materi berfariatif sehingga supaya siswa bisa memahami materi secara
menyeluruh diharuskan meggunakan berbagai metode.
- Guru menggunakan satu atau dua jenis dan murid aktif terlibat dalam pembelajaran.
Untuk poin ini
kurang lebih sekitar 20% dari jumlah guru yang di MTS dan MA, mereka beralasan
dengan dua metode ini menurut mereka sudah cukup yaitu metode ceramah dan tanya
jawab antara guru dan siswa. Menurut
mereka penggunaan banyak metode akan membingungkan para siswa di dalam menerima
materi pelajaran, para siswa merasa terbebani.
- Guru menggunakan satu jenis atau lebih metode dan terlibat aktif dalam pembelajaran.
Dalam
menggunakan poin ini hanya digunakan oleh guru matematika dan fisika, yaitu
metode latihan mengisi soal-soal, sebab dengan sering mengisi soal para siswa
akan lebih teliti dalam memecahkan rumus-rumus yang ada. Menurut guru yang membidangi mata pelajaran
ini tidak ada metode lain yang cocok selain metode ini.
- Guru menggunakan satu jenis metode dan murid tidak aktif terlibat dalam pembelajaran.
Adapun dalam
metode poin empat ini ada beberapa guru yang menggunakannya, menurut penulis,
para guru yang menggunakan medode ini kurang memiliki kompetensi dibidang
pelajaran yang ia pegang.
B. Penggunaan bahan
ajar yang bersumber dari murid
- Murid ambil bagian dalam penyediaan bahan ajar dan memanfaatkannya dalam kelompok.
- Hampir seluruh murid kontribusi bahan ajar dan memanfaatkan seluruh bahan ajar.
- Beberapa murid menggunakan bahan ajar sedangkan yang lainnya mengamati.
- Tidak seorang murid pun menggunakan bahan ajar.
Untuk empat
poin diatas menurut pengamatan penulis tidak ada satupun siswa yang
terlihat ikut menyediakan bahan
pengajaran.setelah penulis mewawancarai mereka, para siswa mengatakan bahwa
guru tidak pernah menganjurkan hal tersebut.
C. Penggunakan bahan Mengajar
untuk meningkatkan mutu pembelajaran:
- Guru menggunakan lebih dari dua macam bahan ajar yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran.
Penggunaan
referensi lebih sejauh pengamatan penulis kurang lebih sekitar 5 %, itupun bagi
guru yang baru menyelesaikan studinya, untuk guru-guru yang sudah lama mengajar
mereka hanya terpaku pada buku pedoman yang sesuai dengan kurikulum local
saja. Adapun untuk guru yang menggunakan
referensi lebih setelah penulis wawancarai mereka berpendapat bahwa, mereka
sangat menyukai banyak referensi, dan menurut mereka referensi lebih tersebut
bersumber dari buku paket, sumber bahan ajar tambahan yang mendukung materi juga diperoleh melalui internet.
- Guru menggunakan dua macam bahan ajar yang mendukung peningkatan mutu pembelajaran.
Adapun poin
kedua ini hanya beberapa guru yang menggunakannya, yaitu buku pedoman dan buku
tambahan yang didapat dari perpustakaan local.
Para guru yang menunakan poin kedua ini
menurut penulis disebabkan SDM-nya yang kurang memadai.
- Guru menggunakan satu jenis bahan ajar yang mendukung peningkatan pembelajaran
Di dalam poin
ini menurut hasil pengamatan penulis hanya dipakai oleh guru matematika dan
fisika. Mereka menggunakan satu bahan pengajaran disebabkan materi matematika
dan fisika tidak memerlukan banyak sumber.
Kalaupun bahan ajarnya banyak tidak akan banyak menambah pemahaman siswa
di bidang ini, disisi lain banyak siswa yang tidak menyukai mata pelajaran ini.
- Guru tidak menggunakan bahan yang mendukung peningkatan pembelajaran.
Untuk
poin ke empat ini tidak di temui oleh penulis dalam obsrvasi maupun wawancara.
D. Pengelompokan siswa
- Siswa/siswi dikelompokan secara fleksibel [tidak permanen] dan masing-masing siswa dalam setiap kelompok diberi peran.
System pertama
ini paling banyak ditemui oleh penulis, menurut hasil wawancara para guru
berpendapat, dengan system ini agar para siswa tdak tergantung kepada satu
orang saja dan masing-masing siswa diberikan peran untuk mempermudah pembagian
job
- Siswa/siswi dikelompokan secara fleksibel [tidak permanen] dan peran setiap siswa dalam setiap kelompok tidak diberikan atau ditetapkan.
- Siswa/siswi dikelompokan secara permanen dan tampa ada pembagian peran untuk masing-masing siswa dalam setiap kelompok.
- Tidak ada pengelompokan.
Adapun pada
poin dua, tiga, dan empat penulis tidak menjumpai dalam observasi, dari hasil
wawancarapun para guru berpendapat bahwa poin-poin tersebut tidak efektif.
E. Kerja kelompok di kalangan
- Masing-masing kelompok mendiskusikan masalah, pertanyaan dan melakukan kegiatan.
System
mendiskusikan masalah-masalah pelajaran masih sangat jarang terjadi di sekolah
madrasah itu, apalagi ditindak lanjuti dengan aplikasi dengan memunculkan
berbagai kegiatan, dalam hal ini belum
ada.
- Ada kelompok kerja dan interaksi antar anggota kelompok masih terbatas.
- Hanya seorang atau dua orang dalam sebuah kelompok yang berinterkasi.
- Mereka berada dalam kelompok namun masing-masing anggota kerja sendiri-sendiri.
Poin
dua, tiga dan empat, tidak ditemukan sama sekali antar kelompok siswa
mengadakan kelompok kerja.
F. Kegiatan yang
dilaksanakan untuk mengembangkan sikap kritis dan kreativias siswa
- Para siswa/siswi terlibat dalam diskusi dan pemecahanan masalah dan atau berkreasi.
Tidak ditemukan
- Para siswa/siswi hanya dilibatkan dalam rembug gagasan.
Tidak ditemukan
- Para siswa/siswi terlibat dalam kegiatan yang telah dirancang oleh guru.
Untuk kegiatan
yang dirancang oleh guru banyak siswa yang ikut andil di dalamnya, sejauh
pengamatan penulis dan hasil wawancara dengan para siwa-siswi meraka
melaksanakan kegiatan yang dirancang oleh guru
didasari rasa takut,sebabjika tidak mengikuti kegiatan yangdirancang
oleh guru mereka akanterkena sangsi.
Akan tetapi ada beberapa siswa yang melaksanakan kegiatan hasil
rancangan guru tersebut berdasarkan rasa ingin tahu dan penuh kesadaran tentang
perlunya melaksanakan hal tersebut sebagai latihan dasar disekolah.
- Guru memberi ceramah, siswa/siswi mendengarkan.
Poin ini sejauh
pengamatan penulis terdapat pada guru al-Qur’an Hadis,Aqidah Akhlaq dan
sejarah.
G. Keterampilan bertanya
- Guru menyampaikan bermacam-macam pertanyaan dengan bentuk pertanyaan terbuka yang membimbing pemahaman murid.
Adapun poin
pertama ini sangat jarang terjadi di kelas MTS dan MA, akan tetapi setelah
mewawancarai salah satu guru dia perpendapat bahwa dengan poin pertama ini supaya murid lebih memahami apa yang akan
ditanyakan sehingga dari pertanyaan tersebut lebih gampang diingat murid.
- Guru mengajukan pertanyaan tertutup dan satu atau dua pertanyaan terbuka.
Tidak ditemukan
- Guru mengulang-ngulang pertanyaan sederhana atau pertanyaan tertutup.
Pada metode ini
cukup banyak ditemukan dikelas-kelas, baik kelas MTS maupun MA.
- Guru tidak mengajukan pertanyaan.
Tidak ditemukan
- Murid mengungkapkan pertanyaan
Sangat sedikit
di temukan dikelas-kelas, kalaupun ada yang bertanya hanya terbatas siswa yang
memang vocal
- Murid mengajukan pertanyaan dengan smart [kritis] tampa dorongan guru.
Tidak ditemukan
- Murid mengajukan pertanyaan yang smart [kritis] dengan dorongan guru.
Tidak ditemukan
- Murid hanya mengajukan pertanyaan sederhana.
Banyak
ditemukan dikelas-kelas khususnya kelas MA, menurut pengamatan penulis
pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan sama sekali tidak berbobot, hanya
sekedar melaksanakan tekanan guru yang menyuruh siswa supaya bertanya tentang
materi yang disampaikan
- Murid tidak mengajukan pertanyaan.
Hal
ini sering terjadi, apalagi pengampu mata pelajaran itu di dalam menyampaikan
materinya sangat membosankan dan monoton
H. Guru memberi umpan balik kepada siswa/siswi :
- Guru memberi umpan balik kepada murid terhadap jawaban yang betul dan salah yang memotivasi siswa/siswi untuk melakukan kegiatan lebih lanjut.
Ada beberapa guru yang
menggunakan metode ini, menurut hasil wawancara dengan beberapa guru mereka
berpendapat bahwa dengan metode ini, selain
untuk melatih rasa PD pada diri murid hal ini juga dapat mempermudah guru untuk
mengingat murid yang aktif saa belajar.
- Guru hanya memberi umpan balik kepada siswa/siswi terhadap jawaban yang salah yang mendorong murid untuk melakukan kegiatan lebih lanjut.
- Guru hanya memberi umpan balik kepada murid terhadap jawaban yang benar.
- Guru tidak memberi umpan balik/memberi umpan balik yang menjatuhkan murid [discourage].
Untuk Poin
dua,tiga dan empat tidak ditemukan
I. Tentang Bahasa
1.
Guru menyampaikan contoh bahasa yang
betul kepada siswa/siswi untuk memperbaiki [pelajaran bahasa dan bahasa
asing].
Poin ini
terbatas pada bahasa local (Indonesia)
terjadinya, untuk kelas materi bahasa asing tidak terjadi bahkan guru-guru yang
memangku mata pelajaran bahasa asing di dalam memberikan materinya menggunaka
bahasa Indonesia. Dalamhal ini penulis tidak berani menanyakan
hal itu, dikawatikan menyinggung guruyang bersangkutan.
2.
Guru mengintegrasikan bahasa Inggris
dengan bahasa Indonesia secara konsisen
Tidakditemukan
3.
Guru hanya menggunakan bahasa isyarat
ketika kebanyakan muridnya tidak faham.
Tidak ditemukan
4.
Guru bercakap dengan bahasa Inggris
walaupun murid tidak memahami
Tidak ditemukan
5.
Tidak memperbolehkan penggunaan bahasa
Indonesia di wilayah setempat.
Tidak
ditemukan kecualidi wilayah pondok
6.
Guru hanya menggunakan bahasa Indonesia
(local) sebagai pengantar pelajaran
Guru secara
keseluruhan memakai poin ini, kadang ada guru yang menngunakan bahasa Asing
(Arab)itupun pimpinan pondok pesantren.
J. Peran
- Guru memberi kesempatan kepada seluruh siswa/siswi untuk berpartisipasi.
Setelah
mewawancarai beberapa guru, mereka sangat mengharapkan kepada para siswa-siswi
selalu ikut berpartisipasi pada setiap kegiatan dan kesempatan. Akan tetapi menurut para dewan pengajar ini
hanya beberapa siswa yang berpartisipasi.
- Guru tidak memberi kesempatan kepada seluruh siswa/siswi untuk berpartisipasi di dalam kelas
Tidak
ditemukan
- Siswa dan siswi memperoleh kesempatan yang sama untuk mengambil peran.
Hal ini sangat
diharapkan para guru sebagaimana sudah disinggung di poin pertama. Akan tetapi
para siswa tetap pakem.
- Hanya murid siswa atau siswi saya (kesayangan) yang diberi kesempatan untuk mengambil peran.
Sering terjadi,
sebab menurut beberapa pengajar diharapkan bisa memancing teman-teman yang lain
supaya selalu aktif di kelas
- Seluruh siswa atau siswi tidak diberi kesempatan untuk ambil peran.
Tidak
ditemukan
K. Jelaskan/Uraikan temuan yang spesifik
diperoleh dari kelas :
1.
Murid aktif di dalam kelas haya beberapa
orangsaja, terutama di dalam diskusi kelompok.
Siswa yang bertanya hanya itu-itu saja
2.
Kurangnya rasa percaya diri murid untuk
bertanya karena mereka berfikir kalau banyak bertanya takut pertanyaanya salah
atau dianggap bodoh
3.
Ada
saja murid yang mengobrol ketika guru sedang menerangkan didepan kelas
4.
Ada
juga yang hanya memainkan Hp. ketika KBM sedang berlangsung tanpa sepengetahuan
guru.
L. Tinjauan
Umum
1.
Apa yang dilakukan selama ini jika Anda
absen (tidak bisa masuk kelas)?
a.
Guru lain menggantikan mengajar kelas
saya ………hari
b.
Guru lain merangkap mengajar kelas saya
dan kelasnya sendiri ………hari
c.
Kepala Sekolah menggantikan mengajar
kelas saya ………hari
d.
Tidak ada pelajaran atau diganti pelajaran
lain ………hari
e.
Alasan Pemecahan lain:………….. ………hari
Dalam menyelesaikan permasalahan guru yang tidak
masuk disebabkan oleh alasan-alasan tertentu, hasil wawancara mengambarkan
bahwa poin yang dipakai adalah a dan e. Terjadinya pelaksanaan poin a merupakan salah
satu kebijakan kepala sekolah pada madrasah tersebut baik di tingkat MTS maupun
MA. Adapun pelaksanaan poin e itu alternative guru yang bersangkutan, walaupun
ada beberapa guru yang mengatakan ini juga merupakan kebijakan dari kepala
sekolah.
2.
Tulislah di daftar nama siswa, siapa saja
yang absen, dan berapa banyak absensinya sampai saat ini?
3.
Bagaimana Anda mencatat anbsensi siswa ?
a.
Mencatat secara harian, mingguan dan
bulanan di papan absensi
b.
Mencatat di buku absensi
c.
Cara lain:……………………….……..
Rata-rata
para guru menggunakan poin b sebab menurut mereka itu sudah lazim dilaksanakan
dari dahulu, menurut mereka pula bahwa absensi tidak mempengarui proses belajar
mengajar di sekolah, jadi tidak perlu dipermasalahkan.
4.
Apa yang anda lakukan jika seorang siswa absen
?
a.
Keluarganya dikirimi surat setelah ………..…….hari
b.
Keluarganya ditelpon / SMS setelah…………….hari
c.
Keluarganya dikunjungi setelah ……………..….hari
d.
Cara lain :………………… setelah …………….hari
Dari
hasil wawancara dengan beberapa guru madrasah, mereka pernah melaksanakan
poin-poin diatas, sebab jika seorang siswa absen tentu akan mempengarui terhdap
guru di dalam mengejar secara psikologi.
Keabsenan siswa membuat beberapa guru resah dan kawatir, jangan-jangan
ketidak hadiran siswa-siswi itu disebabkan oleh sikapguru, atau mungkin siswa
tersebut menghadapi permasalahan dan perlu solusi dan masih banyak
pertanyaan-pertanyaan dalam benak guru
apabila siswa tidak masuk, sebab akan berakibat buruk pada prestasi siswa.
5.
Bagaimana cara Anda mengumpulkan
informasi tentang hasil belajar siswa antar Semester?.....................
a.
Tidak / Ya ; Mengumpulkan data tentang
siswa pada awal tahun ajaran
b.
Tidak / Ya ; Mengecek pekerjaan siswa
c.
Tidak / Ya ; Memberi tes yang saya buat
sendiri
d.
Tidak / Ya ; Memberi tes yang dibuat oleh
tim sekolah
e.
Tidak / Ya ; Memberi tes yang diambil dari
buku pelajaran yang dipakai
Adapun
menyikapi poin di atas para guru pernah melaksanakan, sebab denganmetode
pengumpulaninformasi diatas bisa menambah kecakapan guru itu sendiri di dalam
mengajar di kelas dan akan menambah wawasan guru seputar sejauh mana siswa
memahami materi yang disampaikan oleh seorang guru.
6.
Saya gunakan informasi kemajuan siswa
untuk :
a.
Tidak / Ya ;
Mengubah cara mengajar saya
b.
Tidak / Ya ; Membantu siswa yang memerlukan bantuan
c.
Tidak / Ya ; Memberi tugas tambahan bagi siswa yang
lemah
d.
Tidak / Ya ;
Menjadi dasar dalam merencanakan pengajaran
e.
Tidak / Ya ;
Menyesuaikan kurikulum dan metode mengajar
f.
Tidak / Ya ;Mengecek apakah keterampilan
mengajar saya sudah cukup atau belum
Dari beberapa poin di atas dari hasil kuisioner yang
disebar rata-rata guru memilih poin a dan f, akan tetapi ada
beberapa guru yang memilih seluruh poin itu.
Hasil wawancara selanjutnya para guru akan mempertimbangkan poin-poin
tersebut untuk meningkatkan mutu dan kompetensi murid di dalam belajar dan juga
bisa meningkatkan kompetensi guru di dalam mengajar. Untuk poin c
beberapa guru menambahkan bahwa pengertian menambah tugas bagi siswa yang lemah
disini dengan memberi tugas resume-resume buku, supaya mereka biar lebih sering
membaca buku dan menulis sesuai dengan kemampuan mereka. Dengansering membaca dan menulis para siswa
yang lemah lambat laun akan berubah untuk bisa bersaing dengan para siswa yang
lain di sekolah.
7.
Apakah Anda bekerjasama dengan guru lain
dalam membuat perencanaan pekerjaan kelas?
a.
Tidak
b.
Ya, …………..kali dalam tahun ajaran ini
Dari beberapa
guru yang ada secara prosentasi, yang memilih “tidak” sekitar 70
%, mereka dengan beralasan bahwa perencanaan setiap guru tidak perlu melibatkan
guru lain sebab job description masing-masing guru berbeda, tentu motode-motode
setiap guru tidak sama yang penting poin yang dihasilkan cukup baik. Adapun dewan guru yang memilih “ya” sekitar
30 %, mereka beralasan dengan banyak bekerjasama dengan guru-guru lain akan
menambah informasi seorang guru dalam membuat perencanaan mengajar di kelas,
sebab dengan perencanaan mengajar yang baik akan sangat membantu dalam
menyampaikan materi pada siswa, sehingga materi-materi yang disampaikan oleh
guru diharapkan bisa dipahami oleh siswa-siswi.
8.
Berapa kali Anda membicarakan pelajaran
dengan:
a.
Tutor ……...kali
b.
Kepala Sekolah ……...kali
c.
Pemandu Bidang Studi ……...kali
d.
Penilik ……...kali
Madrasah
tempat observasi penulis walaupun ada tutor secara tertulis akantetapi tidak
berfungsi, hal ini dikuatkan oleh beberapa informasi dari para guru. Pembicaraan dengan kepala sekolah, hampir
seluruh guru melakukannya. Untuk pembicaraan dengan pemandu bidang studi
dan penilik tidak kami temukan di madrasah tersebut, menurut informasi yang
kami dapat dari beberapa guru, pemandu bidang studi dan penilik madrasah secara
personal tidak ada, adapun jika penilik dari pusat hanya berbicara dengan
kepala sekolah.
9.
Apa topik utama yang dibicarakan dengan
tutor ?
Di sekolah tersebut keberadaan tutor tidak
difungsikansebagaimana mestinya.
10. Apa topik uatama yang dibicarakan dengan guru pemandu bidang studi?
Di madrasah tempat observasi penulis tidak
ada guru pemandu bidang studi
11. Apa topik uatama yang dibicarakan dengan penilik?
Tidak pernah terjadi pembicaraan guru dengan
penilik
12. Apa topik uatama yang dibicarakan dengan Kepala Sekolah ?
Dari
hasil waancara dengan para guru mereka mengatakan bahwa, pembicaraan dengan
kepala sekolah seputar, laporan guru terhadap kepala tentang prestasi siswa,
kejanggalan akhlaq siswa, pengembangan umum materi dan evaluasi umum, dan
perencanaan menghadapi semesteran.
13. Diantara mereka ini, dari siapa Anda paling banyak belajar? (Anda boleh
memilih lebih dari satu)
a.
Tutor
b.
Guru Pemandu
c.
Penilik
d.
kepala Sekolah
Di madrasah tersebut hanya ada kepala
sekolah, sebagaimana sudah di singung di atas.
14. Tolong jelaskan alasan Anda, mengapa Anda paling banyak belajar dari
dia ?
Menurut para guru, mereka berbicara dengan kepala sekolah
sebab yang ada hanya kepala sekolah, ada juga yang perpendapat bahwa kepala
sekolah lebih banyak pengalaman danada juga yang mengatakan bahwa kepala
sekolah lebih menguasai materi, untuk hal ini penulis kurang setuju.
15. Pernahkah anda mempelajari hal-hal berikut dari bimbingan mereka?
a.
Pernah / Tidak; Tentang cara mengaktifkan
siswa
b.
Pernah / Tidak; Cara mengembangkan
rencana pelajaran
c.
Pernah / Tidak; Cara bertanya kepada
individu siswa
d.
Pernah / Tidak; Cara mengevaluasi
pelajaran guru lain
e.
Pernah / Tidak; Cara mengevaluasi
pelajaran saya sendiri
f.
Pernah / Tidak; Cara membuat alat bantu
mengajar
g.
Pernah / Tidak; Cara menggunakan alat
bantu mengajar
h.
Pernah / Tidak; Cara membuat tugas untuk
praktek siswa
i.
Pernah / Tidak; Cara mengelompokkan
siswa
j.
Pernah / Tidak; Tentang pengelolaan kelas
k.
Pernah / Tidak; Cara memotivasi siswa
l.
Pernah / Tidak; Cara memulai pelajaran
m.
Pernah / Tidak; Cara menggunakan pelbagai
metode mengajar
n.
Pernah / Tidak; Cara menggunakan buku
dalam pelajaran
o.
Pernah / Tidak; Cara mengetes siswa
p.
Pernah / Tidak; Cara mengorganisasi
muatan lokal
Sebagaimana
telah disinggung di atas bahwa yang berperandalampengembangan di madrasah hanya
kepala sekolah sebab yang ada hanya hal itu.
Terlepas dariketerbatasa kepala sekolah yang hanya mengantongi ijazah
Sarjanastrata satu (S1) dan yang
berkonsentrasi dibidang da’wah, tentu sangat mustahil membicarakan
poin-poin diatas secara menyeluruh dan terperinci. Akan tetapi menurut penuturan guru-guru lama
seperti penulis sendiri (mantan guru madraah tempat observasi), pembicaraan
tersebut pernah terjadi akan tetapi terasa ngambang dipermukaan saja dan tidak
ada tindak lanjutnya.
16. Menurut Anda, perlukan diadakan perubahan praktek pendidikan di sekolah-sekolah
?
a.
Tidak
b.
Ya
Seluruh
komponen guru-guru mengatakan ya, alas an mereka sebab dengan adanya era baru
globalisasi setiap guru dituntut memiliki kompetensi dalam berkompetisi masa
era modern saat ini. Jika seorang guru
tidak memiliki niat mengadakan perubahan supaya lebih baik, maka seorang guru
akan tertinggal jauh dan akan merasa minder.
17. Aspek yang mana dari praktek pendidikan berikut yang perlu diubah ? Saya
menginginkan
a.
Bekerjasama lebih banyak dengan guru-guru
lain
b.
Berinteraksi lebih sering dengan para
siswa
c.
Merangsang siswa untuk belajar lebih
efektif
d.
Melibatkan lebih banyak orang tua di
sekolah
e.
Menerapkan starter experiment approach
f.
Membuat siswa saling bekerjasama lebih
banyak
g.
Meningkatkan prestasi belajar siswa
h.
Membantu siswa yang lemah lebih banyak
i.
Menekan absensi dan tingkat drop out
siswa
j.
Mengevaluasi dan mendiagnosis hasil
belajar siswa
Seluruh komponen poin-poin di atas di iyakan oleh para guru, sebab menurut
mereka poin-poindi di atas merupakan salah satu komponen untuk meningkatkan
kompetensi guru yang berefek positif terhadap siswa yang saat ini dihadapkan
persaingan yang cukup global dan universal.
Demikian hasil observasi melalui kuisioner, wawancara dan pengamatan. dari
beberapa dewan guru dan tanggapan pada siswa-siswi di madrasah Nurul Falah di
Kabupaten Lebak Propinsi Banten.
M. Tinjauan observasi
Dari konsep-konsep strategi yang
telah dipaparkan di atas yang selanjutnya melangkah pada observasi, menurut
pengamatan penulis, bahwa ada beberapa hal yang perlu di beri catatan-catatan.
Di antaranya :
1.
Dalam mengidentifikasi tingkah laku siswa
cukup ada perhatian
2.
Pemilihan terhadap sistem pendekatan
pembelajaran masih miskinpandanganhidup masyarakat,masih terkesan otoriter
3.
Para
guru kurang efektif dalam memilih prosedur metode dan teknik pembelajaran, akan tetapi ada beberapa guru
yang cukup kompetitif
4.
Dalam menerapkan evaluasi hasil belajar
kurangsempurna
Adapun menyikapi klasifikasi strategi mengajar, para guru menurut penulis
adalah :
1.
Konsep dasar strategmengajar masih sangat
tradisional (konsep ceramah)
2.
Sasaran kegiatan mengajar masihbanyak
yang tidak sesuaidengan agenda
3.
Sistem belajar masih dipengaruhi oleh
peraturan kepala
4.
Pola belajar siswa masih kurang sesuai
dengan system KBK dan KTSP
5.
Tidak ada pilihan system yang patut
dicontoh
6.
Pengelolaan kelompok belajar masih kurang
produktif
Selanjutnya MTS dan MA apabila ditinjau dari aspek globalnya, memiliki
beberapa catatan, di antaranya:
1.
Sekolah Madrasah Tsanawiyah Nurul Falah merupakan
satu lembaga pendidikan Islam yang cukup strategis dari aspek lokasinya, yaitu
masih di wilayah kota
Lebak, lebih memungkinkan untuk mengembangkannya dari seluruh aspek
2.
Semua perencanaan pembelajaran dan
pelatihan sudah tersedia, akan tetapi masih pada tataran konsep, tidak ada
tidak lanjutnya
3.
Dari aspek pengawasan terhadap para dewan
guru cukup signifikan, akan tetapi hanya kepala sekolah yang mengawasi pada pengajar,
tidak adanya tutor dan penilik yang ikut mengawasi. Sehingga kepala sekolah menurut para guru
sebagai orang yang paling tahu segala-galanya dari seluruh aspek pendidikan
4.
MTS dan MA telah didukung tenaga pengajar
yang lumayan memadai dari aspek ijazah, akan tetapi kurang memiliki kompetensi,
yang rinciannya sebagai berikut :
b.
Kurang memahami metode mengajar
c.
Kurang memiliki alat peraga
d.
Belum ada laboratorium, sehingga
setiapteori pendidikan tidak bisa dilanjutkan kea rah pengembangan
e.
Tidak didukung dengan bahan bacaan yang memadai (perpustakaan)
f.
Tidak adanya sumber bacaan yang lain,
seperti buku umum dan internet
g.
Tidak menggunakan bahasa asing pada
pengantar pelajaran khusunya pelajaran bahasa asing (Arab dan English)
h.
Beberapa guru masih kurang kompeten di
dalam jobnya sendiri
i.
Tidak adanya kerjasama guru di dalam
mempersiapkan perencanaan pembelajaran
j.
Terpaku pada buku pedoman yang telah ditentukan
oleh lembaga
k.
Para
guru kurang mengawasi para siswa,sehinnga masih banyak yang kurang berprestasi
l.
Para guru
kurang berminat didalam pengembangan materi pelajaran, seperti lebih banyak
membaca bacaan umum mengadakan pelatihan-pelatihan, diskusi tentang pelajaran,
dan kurang aktif dengan para siswa
m.
Minimnya kesadaran untuk memahami
kompetensi siswa
n.
Masih
banyak terpengaruh pada sistem
yang yang ada di lembaga, terbukti mereka hanya terpaku pada petuah kepala
sekolah
o.
Konsep strategi guru yang kurang
terkonsep secara sisematis
p.
Tingkat pengawasan dan pengarahan yang
guru kepada murid kurang kondusif dariaspek
pembelajaran,akan tetapi apabila ditinjau dari aspek norma danakhlak cukup baik
q.
Belum adanya karya nyata dan seminar yang
direncanakan oleh guru untuk menindak lanjuti tataran teori di kelas
Demikian tinjauan secara umum serta beberapa catatan dalam tataran
konsep, untuk memperbaiki beberapa
system dan metode madrasah yang kurang terkonsep secara matang. Beberapa catatan yang penulis buat merupakan
tinjauan secara yang sifatnya subyektif.
[1]
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar,
Jakarta :
Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2, h. 1
[2]
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar,
Jakarta :
Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2, h. 3
[3]
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar,
Jakarta :
Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2, h. 4
[4]
Roestiyah N.K., Strategi Belajar Mengajar, Jakarta : Bina Aksara, 1991, Cet., ke-3, h.
21
[5]
Lihat, Ramalis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2002, Cet.,
ke-6, h. 242-245
[6]
Suharsimi Arikunto, Penggelolaan Kelas dan Siswa ; Sebuah Pendekatan
Evaluati, Jakarta
: Bina Aksara, 1998, Cet., ke-II, h.21
[7]
Bandingkan, Ramalis, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta : Kalam Mulia, 2002, Cet.,
ke-6, h. 184-188
[8]
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar,
Jakarta : Rineka
Citra, 2002, Cet., ke-2, h.9
[9]
Selanjutnya lihat; Omar Mohammad al-Taumy al-Syaibany, Falsafah
at-Tarbiyyah Islamiyyah, (terjemah), Jakarta : Bulan Bintang, 1979, h.585
[10]
Lihat, H.Akyas Azhari, Psikologi Pendidikan ; Kompetensi Guru
Sebagai Pendidik dan Pengajar, Semarang
: Dina Utama, 1996
[11]
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar,
Jakarta :
Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2, h. 35
[12]
Syaiful Bahri Djamarah, dan Aswan Zain, Trategi Belajar Mengajar,
Jakarta :
Rineka Citra, 2002, Cet., ke-2, h. 35
[13]
Lebihlanjut lihat; Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian, Jakarta : Rinka Cipta,
1998, Cet., h.229-235
[14] Diadopsi dari Chesterfield,
Ray, Classroom Observation Tools: Improving Educational Quality Project. AS:
USAID
No comments:
Post a Comment
Setiap Mencopy artikel mohon meninggalkan pesan yang membagun