20 Sept 2014

HADITS TENTANG ZIARAH KUBUR




(Kajian dengan menggunakan Pendekatan Tahlili)


A.  Pendahuluan

Zairah kubur, kata-kata zairah kubur menurut arti bahasanya adalah menengok. Zairah kubur  artinya menengok kubur. Menurut syari'at agama Islam, zairah kubur itu bukan hanya sekedar menengok makam para wali, makam para syuhada, atau makam para pahlawan, bukan pula untuk sekedar tahu dan mengerti dimana, atau untuk mengetahui keadaan kubur atau makam.
Kedatangan seseorang ke kubur atau ke makam dengan maksud untuk berzairah adalah mendo'akan kepada yang dikubur atau yang dimakamkam dan mengirim pahala untuknya atas bacaan-bacaan ayat-ayat Al-Qur`an. Banyak sekali hadits yang menjabarkan tentang zairah kubur dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Selanjutnya pada makalah ini mencoba mengupas zairah kubur yang bersumber dari hadits, kemudian dianalisis dengan menggunakan pendekatan tahlili.







B.     Hadits-hadits Tentang Zairah Kubur

Hadits tentang zairah sebagaimana pokok kajian setelah ditelusuri secara seksama ditunjukkan oleh al-Mu`jam al-Mufahras li al-Fadz al-Hadits an-Nabawi, dengan menggunakan lafadz “masaka”[1]. Selanjutnya bisa dijumpai pada kitab-kitab sebagaimana akan diterangkan di bawah ini :

1. Hadits Riwayat Imam Nasa'i[2]
1. أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ آدَمَ عَنْ ابْنِ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِي سِنَانٍ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الْأَضَاحِيِّ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فَامْسِكُوا مَا بَدَا لَكُمْ وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ النَّبِيذِ إِلَّا فِي سِقَاءٍ فَاشْرَبُوا فِي الْأَسْقِيَةِ كُلِّهَا وَلَا تَشْرَبُوا مُسْكِرًا
2.[3] أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ آدَمَ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ ابْنِ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِي سِنَانٍ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي كُنْتُ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الْأَضَاحِيِّ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فَأَمْسِكُوا مَا بَدَا لَكُمْ وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ النَّبِيذِ إِلَّا فِي سِقَاءٍ فَاشْرَبُوا فِي الْأَسْقِيَةِ كُلِّهَا وَلَا تَشْرَبُوا مُسْكِرًا

2.  Hadits Riwayat Imam Muslim[4]
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لِأَبِي بَكْرٍ وَابْنِ نُمَيْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِي سِنَانٍ وَهُوَ ضِرَارُ بْنُ مُرَّةَ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الْأَضَاحِيِّ فَوْقَ ثَلَاثٍ فَأَمْسِكُوا مَا بَدَا لَكُمْ وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ النَّبِيذِ إِلَّا فِي سِقَاءٍ فَاشْرَبُوا فِي الْأَسْقِيَةِ كُلِّهَا وَلَا تَشْرَبُوا مُسْكِرًا
قَالَ ابْنُ نُمَيْرٍ فِي رِوَايَتِهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ.

C.  Analisis Sanad

Hadits tentang bab di atas seluruhnya dari jalur Anas bin Malik, yang selanjutnya hadits tersebut diriwayatkan oleh para mutadwin diantaranya Imam Nasa'i dan Imam Muslim.
Dalam hadits tersebut sebagaimana memiliki jalur sanad sebagai berikut :
1.  Imam Nasa`i dalam kitab janaiz menggunakan 1 (satu) jalur dengan 5 urutan perawi.
2.  Imam Nasa`i dalam kitab asribah menggunakan 1 (satu) jalur dengan 5 urutan perawi.
3.  Imam Muslim menggunakan 1 (satu) jalur dengan 5 urutan perawi.

Selanjutnya, setelah diadakan penelitian (takhrij) dari segi sanad pada seluruh jalur dari masing-masing mutadwin, maka dapat digambarkan dari segi kualitas sanad dari masing-masing urutan perawinya yang terdapat pada table di bawah ini:







Tabel Sanad Imam Nasa`i



 
    
 



























D.  I’tibar Sanad Hadits Imam Nasa`i

1.  Abdillah bin Buraidah[5]
a.  Nama aslinya :
Abdullah bin Buraidah bin Suhaib al Sulaimi Abu Sahab al Muruji qodi marwa, Lahir Tahun 15 H, wafat tahun 100 H di kota marwah.
b.  Nama Gurunya :
Ibnu Abas, Ibnu Umar, Abdullah bin Umar, Ibnu Masud, Abdullah bin Luqofal, Abi Musa al-Ashari, Abi Hurairah al isat`i, Samroh bin Jaidab, Imron bin Husain, Awiyyah Mugoiroti, Sa`bah, Gopal bin Hazalah an Nasabah.
c.  Muridnya :
Basir bin Muhajir, Sahal bin Basyir, Sawab bin Utbah, Hajir bin Abdullah bin Zakwan, MAruji, Daud bin Abi Farot.
d.  Pendapat Kritikus :
Dia (Abdullah bin Buradiah) tsiqoh.


2.  Muharib bn Disari[6]
a.  Nama aslinya :
Muharib bin Disari bin Kurdusi bin Qurwas bin Ja'unah bin Salamah bin Shehro bin Salabah bin Sadusi, dia wafat pada tahun 126 M atau tahun 20 H.
b.  Nama Gurunya :
Abu Umar, Abdullah bin Yazib al Khutami, Zabir, Ubaid bin Baro bin Azib, Aswad bin Yazid Anakho'i, Abdullah, Sulaiman, Ibnu Buraidah, Wasiah bin Japar, Imron bin Khuton.
c.  Muridnya :
Ato bin Sa'ib, Abu Ishaq Assibani, Anas, Syarik, Sya'id bin Masruk, Asin bin Khulaid, Yunus bin Abi Ishak, Abu Sinan Dirory bin Muroh, Wazubaidi bin Haris al Yami, Su'bah Zaidah, Wa Qoes bin Rabit, Mas'ir bin Wasil, Muhamad bin Qoesal as Hadi, Wasub Yayari.
d.  Pendapat Kritikus :
Dia (Muharib bin Dsari) tsiqoh.


3.  Abdi Pudoeli[7]
a.  Nama aslinya :
Muhamad bin Pudoeli bin Qozwan bin Jureri Abdobi, Wafat tahun 295 M.
b.  Nama Gurunya :
Isma'il bin Abi Kholid, Asim al Akhwal, Mukhtar bin fil-fil, Wabi Ishaq Asiban, Abi Walik al-Asja'i, Hisam bin Urwah, Yahya bin Sa'ad an Asori. Basyir abi Ishaq, Bayan bin Basyar, Habib bin Abi Umroh, Husein bin Abi Rohman, Rukobah bin Musqolah, A'mas abi Siman bin Muroh, Amarah Ko'i, al a'la bin a'la bin al Musyak, Abi Bayan al-Taimi.  
c.  Nama Muridnya :
Assauri, Ahmad bin Hambal, Ishak bin Rohawiyyah, Ahmad Askhofari, Ahmad bin Umar al waqi'i abu Khoisimah.
d.  Pendapat Para Kritikus:
Dia (Abdi Pudoeli) dikatakan tsiqoh.


4.  Muhamad bin Adam[8]
a.  Nama aslinya :
Muhamad bin Adam al Juaini al Musisiu, Wafat pada tahun 250 M / tahun 50 H.
b.  Nama Gurunya :
Ibnu Mubarok, Hapas bin Gias, Abi Kholid al Ahmari, Yahya bin Zakaria bin Abi Zaidah, Ubaidah bi Sulaiman, Marwan bin Mu`awiyah, Abi Mu`awiyah ad-doriri, Ali bin Hasyim al-Buraidi, Yahya bin Abi Uabah, Abdurohim bin Sulaiman, Umar bin Ubaid Ato Hafisi, Muhamad bin Fudoeh bin Gozwan. 
c.  Nama Muridnya :
Abu Daud an-Nisa`i, Abu Hatim, Abu Abul Malik al-Basyari, Al-Fudoeli bin Abas al-Hulaimi, Abu Ali bin Qoes bin Umar, Abu Thohir, Abdullah bin Muhamad bin Basyr bin Soleh, Uman bin Bahrul as Yadi, Abu Yusuf Assopati muhamad bin Abdurohim Abdi bari, Abu Bakar bin Abu Daud.
d.  Pendapat Kritikus:
Dia (Muhamad bin Adam) dikatakan tsiqoh.


Sanad dari jalur Imam Nasa`i dan Muslim, maka dapat digambarkan dari segi kualitas sanad hadits dari masing-masing jalur sanad sebagai berikut :
1.  Dari jalur An-Nasa`i menggunakan siqoh akhbarona atau ahbaroni yang menunjukkan atau mengandung arti bahwa hadits ini ada kemungkinan benar dan tidaknya sesuai dengan siqoh yang digunakan akhbarona yang artinya memberitakan kepada kami.
2.  Dari jalur Imam Muslim menggunakan siqoh hadatsana[9] yang mengandung arti bahwa hadits ini langsung diceritakan kepada perawinya dan hadits ini dinilai tsiqoh.

E.     Ma`na Fufradad

( فَزُوْرُوْهَا )[10] fajuruha adalah bentuk kata perintah berbentuk fiil amr yang mengandung makna perintah. Pengertian perintah mengandung atau menjelaskan tuntutan untuk mengerjakan dari atasan kepada bawahan.
Pada awalnya Rasulullah SAW melarang kepada para umatnya untuk berzairah kubur dengan beberapa alasan, karena pada saat itu umat Islam masih lemah keimanannya.
Sehingga Rasulullah SAW menghawatirkan kepada orang muslim yang melakukan zairah kubur bukannya mendo`akan tetapi meminta kepada ahli kubur.




F.      Penjelasan Hadits

( زِمَارَةِ الْقُبُورِ )[11] kata-kata zairah menurut arti bahas syariat agama Islam zairah kubur itu adalah menengok dan mendo`akan kepada ahli kubur.
Hikmah zairah kubur yaitu mengingatkan akan alam akhirat, bahwa kelak di dalam akherat manusia yang telah mati itu akan dibangunkan kembali. Oleh sebab itu sebelum ajal menemui, manusia seharusnya cepat bertaubat (kembali kejalan Allah) dan memohon ampunan atas kesalahan yang diperbuatnya.
Selain itu dapat berzuhud terhadap dunia. Zuhud terhadap dunia yaitu meninggalkan dunia untuk berbakti kepada Allah SWT, artinya orang jangan sampai terpikat hati dan pikirannya dengan tipu muslihat dunia, serta untuk diambil suri tauladan bahwa tiap-tiap manusia pasti akan mengalami seperti itu juga (mati) yang waktunya tidak dapat diketahui sebelumnya oleh siapapun terkecuali Allah SWT.

G.  Ketersambungan Sanad Hadits Imam Nasa`i

Sanad yang terdapat pada jalur imam Nasa`i yang telah dianalisis tersebut, dikatakan bahwa : Imam Nasa`i yang menerima hadits dari Muhamad bin Adam menggunakan siqoh bentuk "akhbarona" yang mana seorang perawi menerima hadits dalam bentuk kabar atau berita.
Oleh karena itu Muhamad bin Adam dan Imam Nasa`i terbukti sanadnya bersambung (mempunyai ketersambungan sanad), begitu pula antara Muhamad bin Adam yang menerima hadits dari Abni Pudoeli menggunakan siqoh "akhbarona" sebagaimana uraian yang telah dijelaskan di atas.
Sedangkan  H
Abi Sinan, Muharib menerima hadits menggunakan siqoh "AN" yaitu seorang perawi bisa dikatakan sanadnya bersambung apabila perawinya bisa dikatakan tsiqoh[12].

H.  Analisis Matan

     Zairah kubur merupakan perintah Rasulullah SAW dan sunah hukumnya. Pada awalnya Rasulullah SAW melarang zairah kubur dengan alasan akidah umat muslim masih lemah namun pada akhirnya Rasulullah SAW memerintahkan setelah umat Islam memiliki aqidah yang kuat dan disamping itu zairah kubur bisa memberikan banyak faedah bagi umat Islam itu sendiri.









DAFTAR PUSTAKA






An-Nasa`i, Abu `Abdu `at-Tahman Ahmad bin Syua`ib Ali bin Sinan bin Bahr al-Khurasani, Sunan an-Nasa`i, bi syarh al Hafid al Imam Jalal ad-din as-sayuti wa Hasyyah al Imam as-Sindi, Bairut: Dar al-Fikr, 1995, t.cet

Al-Hasan, Muslim bin al-Hajaj bin Muslim al-Qasyiri an-nisaburi, shahih Muslim, Bairut: Dar al-Fikr, 1992, t.cet

Ahmad bin Hajar, Al as qolaeni al mutawapa sanata 258 bin Abi Pudoeli bin she Islam Syihabuddin al Imam Hapidz al Hajah, Tahzibutahzib, Bairut: Dar al-Fikr, 1993, t.cet

Al-Khatib, M.Ajaj, Usul Hadits, terjemah (Pokok-pokok Ilmu Hadits), GMP, Jakarta, 2001, t.cet

Wensick, A.J. al-Mu’jam al-Mufahras li al-Fadhi al-Hadits an-Nabawi, Leyden : Brill, 1985, t.cet



[1] A.J. Wensinck, al-Mu`jam al-Mufahras li al-Fadz al-Hadits an-Nabawi, Jilid 6, h.221, Leyden: E.J Brill, 1985, t.cet
[2] Sunan An-Nasa'i, Jilid 2, Bab Jiarotul Qubur, hal. 91
   yang artinya : "Dari Ibnu Buraidah, dari bapaknya, katanya Rasulullah SAW bersabda; "Dahulu aku melarang kamu menziarahi kubur maka sekarang zaiarahilah, dahulu aku melarang kamu menyimpan daging qurban lebih dari 3 hari, maka sekarang simpanlah selama jelas bagimu manfaatnya. Dahulu aku melarang membuat anggur selain dalam air bah, maka sekarang minimlah dari segala tempat air, asal kamu jangan minum minuman yang memabukkan""
[3] Sunan An-Nasa'i, Jilid 4, h.326, Bairut: 1995, t.cet
[4] Shaih Muslim, Jilid 1, Bab Janaij, h.430
[5]  Ibnu Hajar, Tahzib At-Tahzib, Jilid 3, h.105
[6] Ibnu Hajar, Tahzib At-Tahzib, Jilid 5, h.378
[7] Ibnu Hajar, Tahzib At-Tahzib, Jilid 5, h.259
[8] Ibnu Hajar, Tahzib at-Tahzib, Jilid 5, h.20
[9]
[10] Sunan An-Nasa`i, Jilid 2, Bab Jiarotil Qubur, h.91, Kitab Asribah
[11] Sunan An-Nasa`i, Jilid 4, Bab Janaij, h.430
[12] Ibnu Hajar, Taqrib at-Tahzib

No comments:

Post a Comment

Setiap Mencopy artikel mohon meninggalkan pesan yang membagun