(Kajian dengan menggunakan Pendekatan
Tahlili)
A. Pendahuluan
Zairah kubur, kata-kata zairah
kubur menurut arti bahasanya adalah menengok. Zairah kubur artinya menengok kubur. Menurut syari'at
agama Islam, zairah kubur itu bukan hanya sekedar menengok makam para wali,
makam para syuhada, atau makam para pahlawan, bukan pula untuk sekedar tahu dan
mengerti dimana, atau untuk mengetahui keadaan kubur atau makam.
Kedatangan seseorang ke kubur
atau ke makam dengan maksud untuk berzairah adalah mendo'akan kepada yang
dikubur atau yang dimakamkam dan mengirim pahala untuknya atas bacaan-bacaan
ayat-ayat Al-Qur`an. Banyak sekali hadits yang menjabarkan tentang zairah kubur
dan hal-hal yang berkaitan dengannya.
Selanjutnya pada makalah ini
mencoba mengupas zairah kubur yang bersumber dari hadits, kemudian dianalisis
dengan menggunakan pendekatan tahlili.
B. Hadits-hadits Tentang Zairah Kubur
Hadits tentang zairah sebagaimana
pokok kajian setelah ditelusuri secara seksama ditunjukkan oleh al-Mu`jam
al-Mufahras li al-Fadz al-Hadits an-Nabawi, dengan menggunakan lafadz “masaka”[1]. Selanjutnya
bisa dijumpai pada kitab-kitab sebagaimana akan diterangkan di bawah ini :
1. Hadits
Riwayat Imam Nasa'i[2]
1. أَخْبَرَنِي مُحَمَّدُ بْنُ آدَمَ عَنْ ابْنِ فُضَيْلٍ عَنْ
أَبِي سِنَانٍ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ
عَنْ أَبِيهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ
الْأَضَاحِيِّ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فَامْسِكُوا مَا بَدَا لَكُمْ
وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ النَّبِيذِ إِلَّا فِي سِقَاءٍ فَاشْرَبُوا فِي الْأَسْقِيَةِ
كُلِّهَا وَلَا تَشْرَبُوا مُسْكِرًا
2.[3] أَخْبَرَنِي
مُحَمَّدُ بْنُ آدَمَ بْنِ سُلَيْمَانَ عَنْ ابْنِ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِي سِنَانٍ
عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنِّي كُنْتُ
نَهَيْتُكُمْ عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ
الْأَضَاحِيِّ فَوْقَ ثَلَاثَةِ أَيَّامٍ فَأَمْسِكُوا مَا بَدَا لَكُمْ
وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ النَّبِيذِ إِلَّا فِي سِقَاءٍ فَاشْرَبُوا فِي الْأَسْقِيَةِ
كُلِّهَا وَلَا تَشْرَبُوا مُسْكِرًا
2. Hadits Riwayat Imam Muslim[4]
حَدَّثَنَا
أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ
وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لِأَبِي بَكْرٍ وَابْنِ نُمَيْرٍ
قَالُوا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْلٍ عَنْ أَبِي سِنَانٍ وَهُوَ ضِرَارُ
بْنُ مُرَّةَ عَنْ مُحَارِبِ بْنِ دِثَارٍ عَنْ ابْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ
قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَهَيْتُكُمْ عَنْ
زِيَارَةِ الْقُبُورِ فَزُورُوهَا وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ لُحُومِ الْأَضَاحِيِّ
فَوْقَ ثَلَاثٍ فَأَمْسِكُوا مَا بَدَا لَكُمْ وَنَهَيْتُكُمْ عَنْ النَّبِيذِ
إِلَّا فِي سِقَاءٍ فَاشْرَبُوا فِي الْأَسْقِيَةِ كُلِّهَا وَلَا تَشْرَبُوا
مُسْكِرًا
قَالَ ابْنُ
نُمَيْرٍ فِي رِوَايَتِهِ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ بُرَيْدَةَ عَنْ أَبِيهِ.
C. Analisis Sanad
Hadits tentang bab di
atas seluruhnya dari jalur Anas bin Malik, yang selanjutnya hadits tersebut
diriwayatkan oleh para mutadwin diantaranya Imam Nasa'i dan Imam Muslim.
Dalam hadits tersebut
sebagaimana memiliki jalur sanad sebagai berikut :
1. Imam Nasa`i dalam kitab janaiz
menggunakan 1 (satu) jalur dengan 5 urutan perawi.
2. Imam Nasa`i dalam kitab asribah
menggunakan 1 (satu) jalur dengan 5 urutan perawi.
3. Imam Muslim menggunakan 1
(satu) jalur dengan 5 urutan perawi.
Selanjutnya,
setelah diadakan penelitian (takhrij) dari segi sanad pada seluruh
jalur dari masing-masing mutadwin, maka dapat digambarkan dari segi kualitas
sanad dari masing-masing urutan perawinya yang terdapat pada table di bawah
ini:
Tabel Sanad Imam Nasa`i
D. I’tibar Sanad Hadits Imam Nasa`i
1. Abdillah bin Buraidah[5]
a. Nama aslinya :
Abdullah bin Buraidah bin Suhaib al Sulaimi Abu Sahab al Muruji
qodi marwa, Lahir Tahun 15 H, wafat tahun 100 H di kota marwah.
b. Nama Gurunya :
Ibnu Abas, Ibnu
Umar, Abdullah bin Umar, Ibnu Masud, Abdullah bin Luqofal, Abi Musa al-Ashari,
Abi Hurairah al isat`i, Samroh bin Jaidab, Imron bin Husain, Awiyyah Mugoiroti,
Sa`bah, Gopal bin Hazalah an Nasabah.
c. Muridnya :
Basir bin Muhajir, Sahal bin
Basyir, Sawab bin Utbah, Hajir bin Abdullah bin Zakwan, MAruji, Daud bin Abi
Farot.
d. Pendapat Kritikus :
Dia (Abdullah bin Buradiah)
tsiqoh.
2. Muharib bn Disari[6]
a. Nama aslinya :
Muharib bin Disari bin Kurdusi bin Qurwas bin Ja'unah bin
Salamah bin Shehro bin Salabah bin Sadusi, dia wafat pada tahun 126 M atau
tahun 20 H.
b. Nama Gurunya :
Abu Umar,
Abdullah bin Yazib al Khutami, Zabir, Ubaid bin Baro bin Azib, Aswad bin Yazid
Anakho'i, Abdullah, Sulaiman, Ibnu Buraidah, Wasiah bin Japar, Imron bin Khuton.
c. Muridnya :
Ato bin Sa'ib, Abu Ishaq
Assibani, Anas, Syarik, Sya'id bin Masruk, Asin bin Khulaid, Yunus bin Abi
Ishak, Abu Sinan Dirory bin Muroh, Wazubaidi bin Haris al Yami, Su'bah Zaidah,
Wa Qoes bin Rabit, Mas'ir bin Wasil, Muhamad bin Qoesal as Hadi, Wasub Yayari.
d. Pendapat Kritikus :
Dia (Muharib
bin Dsari) tsiqoh.
3. Abdi Pudoeli[7]
a. Nama aslinya :
Muhamad bin Pudoeli bin Qozwan bin Jureri
Abdobi, Wafat tahun 295 M.
b. Nama Gurunya :
Isma'il
bin Abi Kholid, Asim al Akhwal, Mukhtar bin fil-fil, Wabi Ishaq Asiban, Abi
Walik al-Asja'i, Hisam bin Urwah, Yahya bin Sa'ad an Asori. Basyir abi Ishaq,
Bayan bin Basyar, Habib bin Abi Umroh, Husein bin Abi Rohman, Rukobah bin
Musqolah, A'mas abi Siman bin Muroh, Amarah Ko'i, al a'la bin a'la bin al
Musyak, Abi Bayan al-Taimi.
c. Nama Muridnya :
Assauri,
Ahmad bin Hambal, Ishak bin Rohawiyyah, Ahmad Askhofari, Ahmad bin Umar al
waqi'i abu Khoisimah.
d. Pendapat Para Kritikus:
Dia
(Abdi Pudoeli) dikatakan tsiqoh.
4. Muhamad bin Adam[8]
a. Nama aslinya :
Muhamad bin Adam al Juaini al Musisiu, Wafat pada
tahun 250 M / tahun 50 H.
b. Nama Gurunya :
Ibnu
Mubarok, Hapas bin Gias, Abi Kholid al Ahmari, Yahya bin Zakaria bin Abi
Zaidah, Ubaidah bi Sulaiman, Marwan bin Mu`awiyah, Abi Mu`awiyah ad-doriri, Ali
bin Hasyim al-Buraidi, Yahya bin Abi Uabah, Abdurohim bin Sulaiman, Umar bin
Ubaid Ato Hafisi, Muhamad bin Fudoeh bin Gozwan.
c. Nama Muridnya :
Abu
Daud an-Nisa`i, Abu Hatim, Abu Abul Malik al-Basyari, Al-Fudoeli bin Abas
al-Hulaimi, Abu Ali bin Qoes bin Umar, Abu Thohir, Abdullah bin Muhamad bin
Basyr bin Soleh, Uman bin Bahrul as Yadi, Abu Yusuf Assopati muhamad bin Abdurohim
Abdi bari, Abu Bakar bin Abu Daud.
d. Pendapat Kritikus:
Dia (Muhamad
bin Adam) dikatakan tsiqoh.
Sanad dari jalur Imam Nasa`i dan
Muslim, maka dapat digambarkan dari segi kualitas sanad hadits dari
masing-masing jalur sanad sebagai berikut :
1. Dari jalur An-Nasa`i
menggunakan siqoh akhbarona atau ahbaroni yang
menunjukkan atau mengandung arti bahwa hadits ini ada kemungkinan benar dan
tidaknya sesuai dengan siqoh yang digunakan akhbarona yang
artinya memberitakan kepada kami.
2. Dari jalur Imam Muslim menggunakan
siqoh hadatsana[9] yang
mengandung arti bahwa hadits ini langsung diceritakan kepada perawinya dan
hadits ini dinilai tsiqoh.
E. Ma`na Fufradad
( فَزُوْرُوْهَا )[10] fajuruha adalah bentuk kata perintah berbentuk fiil amr
yang mengandung makna perintah. Pengertian perintah mengandung atau menjelaskan
tuntutan untuk mengerjakan dari atasan kepada bawahan.
Pada awalnya Rasulullah SAW
melarang kepada para umatnya untuk berzairah kubur dengan beberapa alasan,
karena pada saat itu umat Islam masih lemah keimanannya.
Sehingga Rasulullah SAW
menghawatirkan kepada orang muslim yang melakukan zairah kubur bukannya
mendo`akan tetapi meminta kepada ahli kubur.
F. Penjelasan Hadits
( زِمَارَةِ الْقُبُورِ )[11] kata-kata zairah menurut arti bahas syariat
agama Islam zairah kubur itu adalah menengok dan mendo`akan kepada ahli kubur.
Hikmah zairah kubur yaitu
mengingatkan akan alam akhirat, bahwa kelak di dalam akherat manusia yang telah
mati itu akan dibangunkan kembali. Oleh sebab itu sebelum ajal menemui, manusia
seharusnya cepat bertaubat (kembali kejalan Allah) dan memohon ampunan atas
kesalahan yang diperbuatnya.
Selain itu dapat berzuhud
terhadap dunia. Zuhud terhadap dunia yaitu meninggalkan dunia untuk berbakti
kepada Allah SWT, artinya orang jangan sampai terpikat hati dan pikirannya
dengan tipu muslihat dunia, serta untuk diambil suri tauladan bahwa tiap-tiap
manusia pasti akan mengalami seperti itu juga (mati) yang waktunya tidak dapat
diketahui sebelumnya oleh siapapun terkecuali Allah SWT.
G. Ketersambungan Sanad Hadits Imam Nasa`i
Sanad yang terdapat pada jalur imam Nasa`i
yang telah dianalisis tersebut, dikatakan bahwa : Imam Nasa`i yang menerima
hadits dari Muhamad bin Adam menggunakan siqoh bentuk "akhbarona"
yang mana seorang perawi menerima hadits dalam bentuk kabar atau berita.
Oleh karena itu Muhamad bin Adam dan Imam
Nasa`i terbukti sanadnya bersambung (mempunyai ketersambungan sanad), begitu
pula antara Muhamad bin Adam yang menerima hadits dari Abni Pudoeli menggunakan
siqoh "akhbarona" sebagaimana uraian yang telah dijelaskan di
atas.
Sedangkan
Abi Sinan, Muharib menerima hadits
menggunakan siqoh "AN" yaitu seorang perawi bisa dikatakan
sanadnya bersambung apabila perawinya bisa dikatakan tsiqoh[12].
H. Analisis Matan
Zairah kubur merupakan perintah Rasulullah
SAW dan sunah hukumnya. Pada awalnya Rasulullah SAW melarang zairah kubur
dengan alasan akidah umat muslim masih lemah namun pada akhirnya Rasulullah SAW
memerintahkan setelah umat Islam memiliki aqidah yang kuat dan disamping itu
zairah kubur bisa memberikan banyak faedah bagi umat Islam itu sendiri.
DAFTAR PUSTAKA
An-Nasa`i, Abu `Abdu
`at-Tahman Ahmad bin Syua`ib Ali bin Sinan bin Bahr al-Khurasani, Sunan
an-Nasa`i, bi syarh al Hafid al Imam Jalal ad-din as-sayuti wa Hasyyah al Imam
as-Sindi, Bairut: Dar al-Fikr, 1995, t.cet
Al-Hasan, Muslim bin al-Hajaj
bin Muslim al-Qasyiri an-nisaburi, shahih Muslim, Bairut: Dar al-Fikr, 1992,
t.cet
Ahmad bin Hajar, Al as qolaeni
al mutawapa sanata 258 bin Abi Pudoeli bin she Islam Syihabuddin al Imam Hapidz
al Hajah, Tahzibutahzib, Bairut: Dar al-Fikr, 1993, t.cet
Al-Khatib, M.Ajaj, Usul
Hadits, terjemah (Pokok-pokok Ilmu Hadits), GMP, Jakarta, 2001, t.cet
Wensick, A.J. al-Mu’jam
al-Mufahras li al-Fadhi al-Hadits an-Nabawi, Leyden
: Brill, 1985, t.cet
[1] A.J.
Wensinck, al-Mu`jam al-Mufahras li al-Fadz al-Hadits an-Nabawi, Jilid 6, h.221,
Leyden: E.J Brill, 1985, t.cet
[2] Sunan
An-Nasa'i, Jilid 2, Bab Jiarotul Qubur, hal. 91
yang artinya :
"Dari Ibnu Buraidah, dari bapaknya, katanya Rasulullah SAW bersabda;
"Dahulu aku melarang kamu menziarahi kubur maka sekarang zaiarahilah,
dahulu aku melarang kamu menyimpan daging qurban lebih dari 3 hari, maka
sekarang simpanlah selama jelas bagimu manfaatnya. Dahulu aku melarang membuat
anggur selain dalam air bah, maka sekarang minimlah dari segala tempat air,
asal kamu jangan minum minuman yang memabukkan""
[3] Sunan
An-Nasa'i, Jilid 4, h.326, Bairut: 1995, t.cet
[4] Shaih
Muslim, Jilid 1, Bab Janaij, h.430
[5] Ibnu Hajar, Tahzib At-Tahzib, Jilid 3, h.105
[6] Ibnu
Hajar, Tahzib At-Tahzib, Jilid 5, h.378
[7] Ibnu
Hajar, Tahzib At-Tahzib, Jilid 5, h.259
[8] Ibnu
Hajar, Tahzib at-Tahzib, Jilid 5, h.20
[10] Sunan
An-Nasa`i, Jilid 2, Bab Jiarotil Qubur, h.91, Kitab Asribah
[11] Sunan
An-Nasa`i, Jilid 4, Bab Janaij, h.430
[12] Ibnu
Hajar, Taqrib at-Tahzib
No comments:
Post a Comment
Setiap Mencopy artikel mohon meninggalkan pesan yang membagun